Observatorium Bosscha Lakukan Pengamatan Gerhana Matahari

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


*Dok. Observatorium Bosscha



BANDUNG.itb.ac.id – Gerhana matahari merupakan peristiwa alam ketika bumi, bulan, dan matahari berada pada satu garis. Meski demikian perisitiwa gerhana matahari tidak terjadi setiap bulan baru (New Moon) karena adanya perbedaan sudut antara orbit Bumi mengelilingi Matahari dan orbit Bulan mengelilingi bumi. Konfigurasi bumi-bulan-matahari yang tidak selalu sama akan menyebabkan perbedaan jenis gerhana matahari yang terjadi.

Namun akan ada pengulangan jenis gerhana dengan konfigurasi sama yang disebut sebagai siklus Saros. Untuk mengamati perisitiwa yang sama dengan konfigurasi yang sama kurang lebih akan  berulang selama sekitar 18 tahun sekali di tempat yang berbeda. Akan tetapi secara perhitungan, rata-rata di seluruh permukaan bumi, gerhana bulan dan matahari dapat teramati sekitar dua hingga lima kali dalam setahun.

Pada Kamis (26/12/2019), Observatorium Bosscha ITB, bersama sejumlah institusi yang terkait mengadakan pengamatan gerhana matahari cin-cin dan gerhana matahari sebagian di dua tempat yang berbeda yaitu di Tanjungpinang dan Lembang. Adapun di Tanjungpinang untuk mengamati gerhana matahari cincin dan Lapangan Sinapeul, Lembang untuk mengamati gerhana matahari sebagian.

Pemilihan tempat di Lapangan Sinapeul pun bukan tak beralasan, berbeda dengan pengamatan gerhana matahari total yang 2016 silam diadakan di kawasan Observatorium Bosscha, pada kesempatan kali ini pihak Observatorium Bosscha sengaja mengadakan pengamatan gerhana matahari sebagian di Lapangan Sinapeul yang berjarak kurang lebih 800 meter dari kawasan Observatorium Bosscha dengan harapan masyarakat luas dapat mengamati secara langsung proses fenomena gerhana matahari.

"Kita pengen lebih deket ke masyarakat jadi intinya bahwa momen ini tuh adalah momen yang bagus bagi masyarakat sekitar Bosscha yang menjadi tetangga kita untuk mereka bisa hadir menikmati event ini bersama Bosscha sekaligus ngasih edukasi bahwa gerhana itu adalah fenomena alam biasa saja jadi tidak ada hubungannya dengan hal mistis atau mitos apapun yang beredar di tengah masyarakat" jelas Agus, yang merupakan salah satu staf peneliti di Observatorium Bosscha.

Kegiatan pengamatan gerhana matahari sebagian yang diadakan di Lapangan Sinapeul, Lembang cukup ramai, tidak hanya dihadiri oleh sejumlah masyarakat Lembang bahkan tidak sedikit pengunjung dari luar kota yang sengaja datang untuk turut menikmati momen tersebut. Observatorium Bosscha bersama Imah Noong menyiapkan empat teleskop, satu buah venuscope, dan seratus kacamata matahari untuk menyambut momen tersebut. Meski sempat beberapa saat momen gerhana tersebut tertutup oleh awan tebal namun tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk mengamati peristiwa gerhana.

Mengingat jarangnya fenomena tersebut, inilah yang menjadikan fenomena gerhana kali ini menarik. Untuk dapat mengamati fenomena yang sama akan sangat bergantung pada jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari. Bahkan untuk mengamati peristiwa yang sama di tempat yang sama bisa mencapai orde ratusan tahun. Tercatat dalam sejarah bahwa gerhana matahari cincin terakhir kali dapat teramati di Tanjungpinang adalah pada tahun 1861.

Reporter: Salma Zahra (Astronomi, 2016)