Observatorium Bosscha Lakukan Pengamatan Hilal Ramadan 1440 H

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Prosesi pengamatan hilal di Observatorium Bosscha, Lembang. (Dok Humas ITB)

BANDUNG, itb.ac.id—Sebagai institusi pendidikan dan penelitian di bidang astronomi, pada Minggu, 5 Mei 2019, tim Observatorium Bosscha melakukan pengamatan hilal (bulan muda) sebagai tanda beralihnya dari bulan Syaban ke Ramadhan 1440 H. Pengamatan ini dilakukan di dua tempat, yaitu Observatorium Bosscha Lembang dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. 


Kegiatan pengamatan hilal di Kupang, NTT merupakan kerjasama Observatorium Bosscha dengan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) Subdit Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Ditjen Bimas Islam, didukung Universitas Cendana (Undana) dan dukungan instrumen dari Lembaga Penerbangan Antariksa.

Observatorium Bosscha merupakan satu dari sekian banyak institusi yang bertugas menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian sebagai pertimbangan pada sidang isbat penentuan awal Ramadan maupun nanti pada saat penentuan awal Syawal yang diselenggarakan Kemenag RI di Jakarta.

Lampiran data Observatorium Bosscha menunjukkan bahwa pada tanggal 5 Mei 2019, matahari terbenam pada pukul 17.41 WIB sedangkan bulan terbenam pada pukul 18.08 WIB. Sehingga, waktu pengamatan hilal yaitu 27 menit sejak matahari terbenam.

*Siaran langsung proses pengamatan hilal yang dilakukan tim Observatorium Bosscha di Kupang, NTT (Sumber: youtube Bosscha ITB)

Pengamatan dilakukan menggunakan dua teleskop yaitu teleskop berukuran 106 mm berjenis refraktor beserta detektor kamera untuk menampilkan hasil pada layar pengolahan citra, serta satu perangkat teleskop yang dilengkapi lensa okuler untuk digunakan langsung oleh masyarakat yang ingin melihat.

“Kami sudah set up sejak jam 3 sore, karena kami menggunakan teleskop portable (tidak permanen), jadi perlu dikoreksi dengan posisi matahari agar nanti pengamatannya tepat ke bulan,” jelas Denny Mandey, staff peneliti di Observatorium Bosscha. Kedepannya, peneliti Observatorium Bosscha mengembangkan teknik mengamati bulan sabit tertipis untuk meningkatkan kemampuan dalam pengamatan hilal. “Sebenarnya yang di Kupang itu kami ingin menguji seberapa mampu kita mendeteksi bulan, ketika bulan semakin dekat dengan matahari,” tambah Denny.

Cuaca yang mendung saat pengamatan di Lembang, membuat hilal tidak terlihat hingga waktu bulan terbenam. “Kalau pengamatan dengan awan tebal seperti ini, hilal tidak akan terlihat. Karena teleskop tidak bisa menembus awan,” jelas Evan I. Akbar, staff peneliti di Observatorium Bosscha. 

Evan menambahkan, kondisi cuaca di Kupang juga tidak begitu cerah, sehingga hilal juga sulit terlihat disana. “Kalau memang cuacanya buruk seperti ini maka nanti dari Observatorium Bosscha akan menyampaikan kepada Kementerian Agama bahwa dari sini tidak terlihat hilalnya. Keputusan apakah besok puasa atau tidak tergantung hasil dari sidang isbat,” tambah Evan.

Kegiatan pengamatan hilal bukan hanya sebuah misi pribadi bagi Observatorium Bosscha, namun juga sebagai ajang regenerasi peneliti baru di bidang astronomi. Pengamatan hilal kali ini mengajak mahasiswa program studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB untuk melakukan pengamatan bersama. “Ini usaha sebisa kami, dalam rangka mencari generasi baru, supaya nanti staff-nya tidak kami terus, ada pengganti,” pungkas Denny.

Reporter: Nur Faiz Ramdhani