Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Agus Mochamad Ramdhan: Topik Penelitian Sempat Ditentang dan Reinterpretasi
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG-itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Orasi Ilmiah Guru Besar ITB, Sabtu (27/1/2024). Acara diselenggarakan secara luring di Aula Barat ITB. Prof. Agus Mochamad Ramdhan, S.T., M.T., Ph.D. menjadi salah seorang dari lima guru besar yang melakukan orasi ilmiah di awal tahun 2024.
Latar belakang pendidikan Prof. Agus adalah Teknik Geologi dengan Kelompok Keilmuan Hidrogeologi. Selain aktif berakademik, Prof. Agus dikenal aktif membuat konten di akun YouTube-nya, yakni AMR SoT. Jumlah subscribers yang menyentuh angka 2000 mendorong dosen Teknik Geologi ini menjadikan YouTube sebagai sarana berbagi ilmu terkait air tanah kepada masyarakat.
“Air tanah merupakan sumber air utama untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia untuk air minum (67%),” ujarnya.
Prof. Agus telah bergelut dengan keilmuan Hidrogeologi selama 14 tahun. Topik Hidrogeologi juga telah mengantarkan Prof. Agus menerbitkan buku ilmiah setebal 200 halaman dan menyandang berbagai gelar khususnya guru besar. Di topik yang sama, Prof. Agus membawakan orasinya berjudul “Hidrogeologi Overpressure dan Hidrogeologi dalam Konteks yang Lebih Luas di Indonesia”. Materi presentasi yang dibawakan berasal dari Bab IV di buku terbitannya yang berfokus membahas Overpressure di Cekungan Kutai.
Bumi merupakan salah satu planet yang memiliki berbagai elemen penunjang kehidupan, salah satunya air. Melalui perambatan gelombang seismik diketahui bahwa jari-jari atau setara kedalaman bumi ±6.371 km. Prof. Agus menyampaikan terdapat salah satu penelitian fenomenal pada tahun 1970, tepatnya di Benua Amerika atau dikenal Kola Project yang mencoba menebus bumi namun hanya sampai kedalaman 12,3 km. Menariknya, hasil yang dijumpai yakni air tanah.
Prof. Agus memulai penelitiannya ketika melakukan studi di Durham University pada tahun 2007. Penelitian yang dilakukan berfokus pada tekanan air tanah khususnya tentang overpressure. Hal ini dari pemikiran hal baru yang dapat dikembangkan dari studi terkait pengeboran sumur-sumur di Indonesia. Prof. Agus menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam melakukan pengeboran sumur-sumur paling menantang di dunia sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Cekungan Kutai menjadi objek utama penelitiannya.
Tekanan air tanah dapat berada dalam kondisi hydrostatic apabila di kedalaman yang relatif dangkal (30 liter/detik) atau berada dalam kondisi overpressure jika di kedalaman yang lebih dalam. Fenomena overpressure merupakan fenomena hidrogeologi ketika air yang naik keluar melebihi permukaan. Air yang naik dapat mencapai ketinggian 4-5 km.
Overpressure dapat disebabkan oleh loading mechanism atau fluid expansion. Loading mechanism (penambahan beban) terjadi ketika tekanan pada permukaan secara konstan bertambah tetapi lapisan sedimen gagal untuk mengendap sehingga air tidak dapat keluar secara natural dan berujung kepada kebocoran. Fluid expansion (penambahan fluida) merupakan keadaan ketika fluida bertambah secara tiba-tiba pada sedimen.
Kemunculan overpressure di Cekungan Kutai dimulai pada kedalaman kurang lebih 2 km. Prof. Agus mengungkapkan bahwa seluruh peneliti terdahulu sepakat menyatakan penyebab utama overpressure di Cekungan Kutai karena loading/penambahan beban akibat kondisi Sungai Mahakam. Namun, hasil penelitiannya bersama dosen pembimbingnya, Neil R. Goulty, di tahun 2011 menemukan bahwa penyebab awal terjadi overpressure oleh fluid expansion dan tidak ada bukti apapun yang mendukung loading sebagai penyebab.
“Hasil penelitian bersama profesor saya kemudian berhasil dipublikasikan di jurnal bergengsi AAPG Bulletin di tahun 2011, tetapi setelah itu banyak mendapat kritikan karena bertentangan dengan peneliti sebelumnya,” ungkapnya.
Berbagai kritikan yang datang silih berganti tidak menyurutkan semangat Prof. Agus untuk mempertahankan hasil penelitiannya. Di tahun 2012, Prof. Agus mencoba reinterpretasi hasil penelitiannya dengan menambah unsur fisika pada analisis sehingga ditemukan adanya faktor loading dan fluid expansion di Cekungan Kutai.
Prof. Agus mencoba memisahkan keduanya dengan kuantifikasi loading dan fluid expansion dan kesimpulannya bahwa fenomena overpressure di Cekungan Kutai disebabkan oleh dua faktor yakni loading dan fluid expansion, dengan rasio fluid expansion yang lebih dominan dibuktikan melalui rumus dengan pendekatan fisika yang dibuatnya. Fenomena loading berkontribusi pada kedalaman yang lebih dalam dan hanya berperan kecil terhadap fenomena ini.
Langkahnya melakukan reinterpretasi membuat Prof. Agus menulis enam paper dan berhasil mendapat berbagai penghargaan. Hal ini membuktikan bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses.
“Kita harus humble jika berhubungan dengan mother earth karena banyak sains di bawah sana yang bisa dieksplor lebih lanjut,” ujarnya.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)