Dr. Adhi S. Soembagijo: Ketika Manusia Mempercayakan Mesin untuk Belajar dan Beradaptasi
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id - “Dunia sudah berubah tidak pada garis yang sama, tidak sama dengan kecenderungan sebelumnya.”
Itulah kalimat pembuka dari Direktur Eksekutif MECATA Foundation, Dr. Ir. Adhi S. Soembagijo, MSME selaku pembicara dalam Studium Generale ITB, Rabu (10/11/2021). Pada acara tersebut, Adhi membagikan pengetahuannya mengenai “Sistem Otonomus: ketika manusia mempercayakan mesin untuk belajar dan beradaptasi”.
“Sistem otonomus adalah ujung tombak dari penelitian saat ini baik dalam skala lab maupun industri,” ujar Adhi. Ia mencontohkan mengenai mobil tanpa supir sebagai indikator bahwa sistem otonomus telah diterapkan dalam skala industri.
Sistem otonomus sendiri diambil dari konsep otonomi, yakni kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks seraya meminimalisir intervensi manusia. Sehingga sistem otonomus merupakan sistem yang memiliki sifat-sifat otonomi tersebut.
*Sumber: paparan Dr. Adhi S. Soembagijo
Ia menjelaskan, sistem otonomus bermula dari timbulnya tugas berulang yang membutuhkan kecepatan, kekuatan, dan akurasi dalam lingkungan yang statis. Untuk jadi sebuah sistem yang otonomus, ia harus bersikap adaptif ketika berinteraksi dengan lingkungan. “Awal dari kecerdasan adalah ketika ia bisa memahami dan mengambil keputusan ketika tengah berinteraksi dengan lingkungan tersebut,” katanya.
Pada implementasinya, data interaksi dari lingkungan dikumpulkan oleh sistem melalui sensor, sedangkan aksi selanjutnya dari sistem terhadap lingkungan digerakkan menggunakan aktuator.
Beralih ke topik selanjutnya, Dr. Ir. Adhi kemudian berbicara mengenai kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Kecerdasan buatan ini berawal dari ide bahwa kecerdasan manusia diperlukan oleh komputer, yang dipublikasi ke dalam sebuah sistem komputer secara kuantitatif melalui pendekatan matematis.
Prinsip yang diterapkan adalah menggunakan pengalaman masa lalu untuk membangun pengetahuan hari ini dan memprediksi kejadian yang akan terjadi masa depan. Ia juga turut menyertakan beberapa video sebagai acuan tambahan mengenai cara kerja sistem otonomus, termasuk di dalamnya adalah self-driving car, self-driving truck, dan penggunaan drone untuk mengantar paket.
Adhi mengemukakan sebuah pertanyaan filosofis, “Sikap apakah yang perlu kita terapkan terhadap perubahan dunia yang semakin otonomus?”
“Data dari McKinsey tahun 2017 menunjukkan bahwa hingga tahun 2030 diprediksi 23 juta pekerjaan dapat digantikan oleh teknologi otomasi di Indonesia, namun 27 hingga 46 juta pekerjaan baru dapat diciptakan oleh teknologi otomasi,” ujar Adhi.
Hal tersebut, lanjutnya, mengindikasikan bahwa kita tidak perlu berkecil hati atas sistem otonomus yang semakin merebak dalam kehidupan, melainkan kita harus melihat dari perspektif dan angle yang tepat. Sistem otonomus harus dipandang dari sudut yang tepat sehingga tidak salah fokus, sebagai contohnya adalah marketplace.
Pada industri 4.0, tentunya proses bisnis mengalami perubahan dengan masuknya kecerdasan buatan serta machine learning; konektivitas meningkat, intelegensia meningkat, serta peralatan yang dipakai semakin canggih. Hal ini meningkatkan produktivitas dan menekan biaya yang dikeluarkan secara bersamaan. “Tugas kita tentunya adalah memikirkan cara agar sistem otonomus ini dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dan pengungkit sektor riil yang kita kendalikan.”
Reporter: Athira Syifa P.S. (Teknologi Pascapanen, 2019)