Orasi Ilmiah Prof. Dwina Roosmini: Monitoring Kesehatan Lingkungan sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar ITB, di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (20/7/2024). Salah seorang guru besar yang menyampaikan orasinya adalah Prof. Dr. Ir. Dwina Roosmini, M.S. dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB dengan judul “Monitoring Kesehatan Lingkungan sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan”.
Secara keilmuan kesehatan, penyakit dibedakan menjadi dua kelompok, penyakit menular dan tidak menular. Setiap penyakit memiliki sumber atau penyebabnya. Agen penyakit tersebut dihasilkan dari suatu sumber yang dikenal dengan istilah antropogenik, yang merupakan dampak dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh aktivitas manusia, seperti industri, domestik, ataupun transportasi. Kegiatan-kegiatan tersebut mengeluarkan agen penyakit berupa polutan yang bersifat xenobiotic (senyawa asing) yang berada dalam lingkungan.
Di lingkungan, agen-agen polutan tersebut mengalami pergerakan ekokinetika yang kemudian berubah sifat, ada yang menjadi beracun dan ada yang menjadi tidak beracun. Maka dari itu, perlu dilakukan monitoring berkelanjutan terhadap agen polutan tersebut agar polutan tersebut tidak mengenai reseptor yang merupakan makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, ataupun tumbuhan, agar tidak terkena dampak akibat terpapar polutan berbahaya tersebut.
Beliau menjelaskan tentang penyakit beban lingkungan yang dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu penyakit bawaan air, penyakit bawaan udara, dan penyakit lingkungan kerja. Penyakit bawaan air yaitu penyakit yang diakibatkan oleh agen yang masuk ke dalam makhluk hidup melalui air sebagai media transmisinya.
Bersamaan dengan itu, monitoring kualitas lingkungan sangat krusial untuk dilakukan, dengan tujuan untuk (1) Mengukur kualitas lingkungan; (2) Penilaian dampak pembangunan terhadap lingkungan; (3) Mengukur beban lingkungan terhadap kesehatan; dan (4) Menilai kinerja infrastruktur lingkungan terbangun.
Beliau menyebutkan bahwa salah satu contoh monitoring kualitas lingkungan yang dilakukan dalam keilmuan Teknik Lingkungan yaitu pemantauan kinerja instalasi pengolahan air limbah industri.
“Kita sebisanya melakukan pengendalian di sumbernya. Diharapkan, kita bisa mengetahui dari mana sumber agen polutan tersebut agar dapat diisolasi supaya tidak masuk ke lingkungan,” ujarnya.
Terdapat beberapa komponen penting yang harus dipenuhi untuk menciptakan lingkungan kota yang berkelanjutan. Pertama, perencanaan kota yang mempertimbangkan keseimbangan antar kebutuhan penduduk serta dampak lingkungannya. Kedua, pengembangan kebijakan yang mendukung praktik green building, efisiensi energi, serta energi baru dan terbarukan. Ketiga, mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang dari segi ekonomi dan infrastruktur perkotaan.
Beliau menekankan berbagai tantangan yang dihadapi dalam pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, lingkungan telah terpapar berbagai pencemar (agen penyakit) yang berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Namun, standar dan baku mutu pencemar belum diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Beliau menyampaikan bahwa monitoring kesehatan lingkungan berperan penting dalam mengetahui perpindahan agen dari sumber, lingkungan, dan berakhir pada makhluk hidup sebagai reseptor.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)