Orasi Ilmiah Prof. Sri Maryati: Tata Kelola Infrastruktur Berkelanjutan dari Perspektif Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Tata kelola infrastruktur wilayah dan kota berkelanjutan sangat diperlukan di tengah perubahan dunia yang begitu cepat. Hal ini ditambah dengan terbatasnya kapasitas pendanaan dalam penyediaan infrastruktur. Oleh karena itu, infrastruktur yang disediakan harus dapat memberikan manfaat jangka panjang baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Hal inilah yang dibahas oleh Prof. Dr. Sri Maryati, S.T., M.I.P. dalam orasi ilmiah berjudul “Tata Kelola Infrastruktur Berkelanjutan: Perspektif Perencanaan Wilayah dan Kota”, di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (16/3/2024).
Prof. Sri saat ini menjabat sebagai Dekan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. Beliau aktif melakukan penelitian di bidang perencanaan dan pengelolaan sistem infrastruktur wilayah dan kota serta telah memublikasikan lebih dari 50 makalah dalam bentuk buku dan paper pada jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, prof. Sri juga mendapatkan beberapa penghargaan, salah satunya penghargaan ITB untuk Pengembangan Institusi tahun 2018.
Prof. Sri menjelaskan bahwa tata kelola infrastruktur wilayah dan kota berkelanjutan merupakan cara pengambilan keputusan dalam penyediaan infrastruktur wilayah dan kota agar infrastruktur tersebut dapat berfungsi dalam jangka panjang. Infrastruktur yang direncanakan dengan prinsip keberlanjutan akan menimbulkan dampak lingkungan yang minimal, keadilan sosial, dan resiliensi.
Dari perspektif perencanaan wilayah dan kota, penyediaan infrastruktur merupakan suatu sistem. “Sistem penyediaan infrastruktur harus memperhatikan aspek-aspek fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan tidak hanya pada wilayah yang dikaji tetapi juga wilayah yang lebih luas, khususnya pemanfaatan sumber daya,” ujarnya.
Prof. Sri juga menjelaskan tiga hal terkait infrastruktur berkelanjutan ditinjau dari perspektif perencanaan wilayah dan kota, yaitu kepadatan penduduk, konteks keruangan secara makro (interaksi wilayah), dan integrasi sektor dalam ruang.
“Apabila dicontohkan dalam penyediaan sumber air, analisis terhadap kepadatan penduduk akan membantu penentuan prioritas pengembangan infrastruktur yang berbentuk jaringan. Infrastruktur dengan jaringan perpipaan akan ekonomis apabila disediakan pada wilayah dengan kepadatan tinggi. Interaksi antarwilayah sangat relevan dipertimbangkan terkait lokasi sumber air atau sumber daya secara umum. Dan untuk integrasi sektor dapat diterapkan dalam konsep-konsep hijau seperti pemanfaatan kembali air limbah secara terintegrasi,” ujarnya.
Menutup orasinya, Prof. Sri menyampaikan bahwa topik tata kelola infrastruktur berkelanjutan akan terus berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ketersediaan data, aspek kebencanaan, perubahan iklim, serta pemanfaatan teknologi merupakan topik-topik yang perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang.
Penulis: Erika Winfellina Sibarani (Matematika, 2021)