Orasi Ilmiah Prof. Surjamanto: Ungkap Berbagai Solusi Atasi Urban Heat Island untuk Minimalkan Isu Pemanasan Termal di Kawasan Perkotaan
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id— Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB), kembali menyelenggarakan orasi ilmiah guru besar, pada Sabtu (27/1/2024) yang diselenggarakan di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Bandung.
Salah satu yang menyampaikan orasinya adalah Prof. Dr. Ir. Surjamanto Wonorahardjo, M.T., dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. Adapun topik yang dibawakan oleh Prof. Surjamanto adalah “Pengembangan Teknologi Pengendalian Lingkungan Termal Bangunan dan Kawasan Perkotaan.”
Beliau menjelaskan bahwa material yang digunakan dalam konstruksi bangunan merupakan salah satu aspek yang memberikan pengaruh cukup tinggi terhadap lingkungan termal di suatu kawasan perkotaan. Hal ini dapat terjadi karena material konstruksi akan berfungsi sebagai sebuah selubung yang melingkupi seluruh bangunan.
Nantinya, selubung ini akan menerima energi dari matahari dan menyimpannya dalam bentuk kalor untuk kemudian diemisikan ke lingkungan dalam bentuk gelombang panjang atau inframerah. Fenomena inilah yang nantinya akan membentuk lingkungan termal di sekitar bangunan perkotaan.
Di awal pemaparannya, Prof. Surjamanto menyampaikan bahwa bangunan yang terbuat dari material berat seperti, batu bata, beton, aspal dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan emisi kalor yang lebih tinggi dibandingkan material ringan seperti kaca. Hal ini dapat terlihat dari kamera infrared atau termal imager yang menunjukkan bahwa material berat mengeluarkan warna dominan merah saat di lakukan pengecekan.
“Fakta bahwa material konstruksi terutama material berat seperti beton dan aspal yang dapat mengeluarkan emisi kalor ke lingkungan membuat fenomena urban heat island tidak dapat terelakkan.
Dampaknya pun cukup serius. Hujan es, banjir lokal, dan beberapa isu lain yang berkaitan dengan pemanasan global adalah salah satu masalah yang dapat timbul jika isu ini tidak dikendalikan,” ungkapnya.
Urban heat island merupakan sebuah fenonama kenaikan temperatur udara perkotaan dibandingkan dengan kawasan di sekitarnya. Menurut Prof. Surjamanto, fenomena ini bukanlah masalah baru karena telah muncul sejak tahun 1818 dan 1820. Meskipun demikian, perumusan solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini masih terus dilakukan hingga hari ini.
Salah satu teknologi yang rumuskan untuk menyelesaikan masalah ini adalah penggunaan Insulasi Termal pada bangunan. Pada prinsipnya, solusi ini dilakukan dengan mengubah dinding bangunan batu bata menjadi sandwich wall. Penerapan solusi ini akan berpengaruh kepada proses aliran kalor yang terjadi di dinding.
“Pada dasarnya, sandwich wall ini akan menahan aliran kalor masuk ke dalam ruangan. Akibatnya, ruangan di dalam akan terasa sejuk karena mampu memisahkan panas dar luar. Namun, pemisahan yang dilakukan ini terlalu ekstrim karena secara tidak langsung hal ini akan meningkatkan kondisi termal diluar sehingga untuk lingkungan tropis solusi ini belum memuaskan kami,” jelasnya.
Solusi lain yang Prof. Surjamanto sampaikan adalah teknologi pemantulan yang prinsip penyelesaiannya adalah dengan memanfaatkan peristiwa pemantulan sinar matahari pada material bangunan. Melapisi beberapa bagian yang terkena sinar matahari dengan warna putih merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membuat proses pemantulan terjadi.
“Hasil dari teknologi pemantulan ini ternyata mengesankan. Solusi ini secara langsung dapat mengurangi efek urban heat island pada jam-jam terik matahari. Selain itu, pada saat kondisi matahari tidak terlalu tinggi pun solusi ini telah mampu menguragi pemanasan termal pada kawasan perkotaan,” jelasnya.
Di akhir sesi pemaparannya, Prof. Surjamanto menyebutkan beberapa alternatif solusi lain untuk mengatasi permasalahan urban heat island, di antaranya adalah pembayangan dan selubung ringan, massa termal internal, serta konversi energi. Teknologi-teknologi tersebut terus dikembangkan agar solusi terbaik untuk isu lingkungan termal ini dapat teratasi.
Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)