Pakar Tata Kota ITB: Mudik Lebaran, Ketika Tradisi Bertemu dengan Masalah Urbanisasi
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Mudik adalah sebuah tradisi tahunan yang identik dengan perayaan Idulfitri. Selain menjadi momen yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya, tidak dipungkiri bahwa terdapat berbagai masalah pada saat musim mudik. Salah satunya adalah fenomena kemacetan saat mudik.
Kemacetan pada saat mudik Lebaran merupakan permasalahan tahunan yang melanda Indonesia. Menurut keterangan resmi Kemenhub, kemacetan di arus mudik 2024 dapat semakin bertambah, dengan jumlah pemudik yang diprediksi mencapai 28,4 juta orang. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai sekitar 18,3 juta orang.
Pakar Tata Kota dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), Dr. I Gusti Ayu Andani, S.T., M.T., menyatakan fenomena mudik sangat erat dengan proses urbanisasi. Di mana penduduk beralih dari pedesaan ke kota. Hal ini juga dipengaruhi oleh pembangunan yang terpusat di kota-kota besar yang menarik penduduk dari berbagai wilayah untuk mencari pekerjaan dan peluang ekonomi yang lebih baik.
Hal tersebut akhirnya menciptakan konsentrasi penduduk di area perkotaan. Urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali dapat menyebabkan tekanan besar pada infrastruktur kota, termasuk sistem transportasi.
"Mudik dalam skala besar menambah tekanan ini karena sistem transportasi harus menangani volume pergerakan orang yang jauh lebih tinggi dalam waktu singkat," ujarnya dalam keterangan tertulis Kamis (4/4/2024).
Masalah perbedaan ekonomi antar wilayah yang menyebabkan migrasi besar-besaran ke kota-kota besar, juga dapat meninggalkan beberapa daerah dengan sedikit pengembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang tidak merata.
Ketika memasuki musim mudik, ketidakseimbangan ini menjadi sangat terlihat karena volume perjalanan yang besar menuju ke wilayah dengan fasilitas dan layanan yang lebih terbatas. Jalur transportasi utama yang menghubungkan kota besar dengan wilayah lain sering kali padat selama periode mudik karena infrastruktur di wilayah lain tidak memadai untuk menangani lonjakan volume perjalanan.
Tingginya arus urbanisasi bisa memperdalam kesenjangan sosial dan ekonomi, baik di dalam kota maupun antara kota dan desa.
"Mudik dapat memperkuat kesadaran tentang ketidaksetaraan ini, karena para perantau menyadari perbedaan yang mereka alami di kota dibandingkan dengan kehidupan di kampung halaman mereka," pungkasnya.