Pameran Lukisan dan Fotografi Titouan Lamazou: "Perempuan Indonesia"

Oleh

Editor

Galeri Sumardja, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB bekerjasama dengan CCF-Bandung menggelar pameran lukisan dan fotografis Titouan Lamazou bertemakan “Femmes d’Indonesie”. Pameran dibuka Jumat malam 20 Mei 2005 oleh Bapak Yustiono dari FSRD ITB. Dalam sambutan pembuka, Bapak Yustiono mengungkapkan hal sederhana dari Lamazou namun menarik. Sebagai seorang seniman, Lamazou hadir menuruti keinginan berseninya yang kuat untuk terus berkarya, bahkan merambah berbagai benua. Hal yang patut dicontoh oleh semua seniman dalam negeri untuk tidak berhenti terus berkreasi. Turut memberikan sambutan pada pembukaan tersebut Direktur CCF-Bandung, Laurent Vergain. Pameran Lukisan dan Fotografis karya Titouan Lamazou ini mengambil seting perempuan-wanita indonesia di beberapa pulau timur Indonesia. Pameran ini merupakan rangkaian dari rencana besar seniman Perancis tersebut. Lamazou berencana akan menerbitkan karya drawing, lukisan dan fotonya berjudul “Perempuan-perempuan Dunia” berjumlah 800 halaman di tahun 2006 mendatang. Selain itu Lamazou juga akan membuat satu seri film dokumenter dan pameran besar di Fondation Cartier, Paris. Lamazou, Romantisme Seniman dan Pelayar Sekilas sosok Lamazou sebagai seniman yang tidak pernah berhenti melukis dan membuat drawing. Pria kelahiran 1955 ini adalah lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa di negaranya. Setelah lulus tahun 1975, Lamazou menjadi seorang navigator berlayar bersama Eric Tabarly dan memenangkan banyak perlombaan. Tahun 1990, ia meraih juara dunia perlombaan jarak jauh perorangan di Vendee Globe. Hobinya yang senang berlayar, ditambah cita rasa seninya pada lukisan dan drawing, membawa Lamazou menjadi seniman berkeliling dunia. Layaknya para seniman besar di abad pertengahan yang melakukan perjalanan jauh bahkan menyeberangi benua dalam proses artistiknya seperti Augeste Delacroix dan Paul Gauguin, sedang di Indonesia kita mengenal Raden Saleh. Para seniman itu merekam berbagai pengalaman perjalanan mereka dalam karya seni rupa. Karya-karya tersebut merupakan hasil sebuah persepsi dan juga sensasi pandangan (gaze) terhadap lingkungan baru. Drawing dan fotrografi dikenal adalah sebagai salah satu produksi artistik dalam seni rupa sering kali dipilih mempresentasikan sensasi tersebut. Disini dunia tersebut menjadi ‘ada’ dan dapat dipahami publik. Tema-tema khas dari periode artistik ini biasanya berupa lanskap, kekayaan alam, arsitektur dan penduduk lokal. Disini Lamazou kembali beromantisme dengan karya-karyanya tersebut. Lamazou menggiring para penikmat karyanya menuju pada representasi perempuan Indonesia dan konsepsi Indonesia. Lamazou merekonstruksi kembali sebagai pemahaman dirinya terhadap ranah lokal dan objek perempuan tersebut. Dalam interprestasinya, gambaran lokal ini ditampilkan kembali ke lokasi non-lokal. Titouan Lamazou : “Para Perempuan Itu Adalah Pejuang...” Dalam karyanya “Perempuan Indonesia” ini, Lamazou menginterprestasikan perempuan Indonesia dalam bentuk fotografi dan drawing. Media drawing merupakan media yang hadir jauh sebelum fotografi. Dahulu biasanya digunakan sebagai informasi studi botani, lanskap, arsitektur dan konstruksi penduduk lokal sebagai bahan penelitian lebih lanjut. Berbeda dengan Lamazou yang menjadikan sebagai media interprestasi seni. Disini Lamazou menunjukkan ketertarikannya sekaligus keberpihakannya pada objek karyanya. Lamazou merepresentasikan dengan cermat latar belakang sosial, ekonomi, budaya bahkan politik dari para perempuan dalam karyanya. Dan akhirnya yang kita nikmati adalah Indonesia yang lebih spesifik. Bukan Indonesia dengan latar belakang gunung, lautnya yang indah, atau kota-kotanya, namun adalah citra seorang perempuan lokal dengan teks, visual lainnya sebagai metafor ranah Indonesia. Lamazou menampilkan perempuan sebagai metafor, alam dalam karya seni. Diposisikan sebagai subjek/objek melalui pandangan. Lamazou mengukur, menilai dan menguasai secara subjektif/objektif tubuh perempuan dalam karyanya layaknya kartografis (pemetaan). Para perempuan itu sendiri hadir dalam karya bukan seperti model terkenal. Mereka hadir khas dengan hidup dan perjuangan mereka sendiri diantara metafor ranah Indonesia. Para perempuan ini lahir dalam kerangka masyarakat timur yang khas dengan patriarki dan tanggung jawab rumah tangga. Tetapi menunjukkan sisi pejuang bagi hidupnya sendiri. Para perempuan ini hadir sebagai pahlawan walaupun ia seorang pelacur, hadir sebagai wanita lugu walaupun dikenal sebagai aktifis massa, hadir sebagai seorang gadis jujur walaupun membohongi keluarganya, bahkan bisa hadir pula sebagai gadis manja walaupun bekerja sebagai nelayan. Menikmati keindahan wanita dalam karya Lamazou, mereka tidak hadir mewakili gender-nya secara langsung, namun menjadi peta visual tentang Indonesia bagi dunia Lamazou. Menyelami posisi dan kondisi sosial mereka, memberikan gambaran sederhana yang lain tentang Indonesia. Lewat bahasa perempuan, tubuh perempuan, dan bayangan mereka seolah berbicara pada dunia luar, “Apakah Indonesia itu?”