Pameran Sejarah di Balik Pendidikan Seni Rupa ITB

Oleh kikywikantari

Editor kikywikantari

BANDUNG, itb.ac.id - Pameran gambar berjudul "Middelbare Akte" yang berlangsung di Galeri Soemardja ITB pada tanggal 30 Desember 2009 - Januari 2010,  bagai membuka kembali lembar demi lembar sejarah panjang pendidikan Seni Rupa di kampus ITB. Gambar yang dipamerkan merupakan koleksi Galeri Soemardja yang menurut kurator pameran, Aminudin TH. Siregar, adalah karya tugas terbaik mahasiswa prodi Seni Lukis pada kurun tahun 1950-1963 yang bisa diselamatkan keutuhannya oleh fakultas.

Middelbare Akte sendiri merupakan lembaran akta lisensi untuk mengajar gambar yang pertama kali diberikan oleh pemerintah Kolonial Belanda sebelum Perang Dunia II, dan hanya tiga orang pribumi yang mendapatkannya, yaitu: Syafe'i Soemardja (Bapak Pendidikan Seni Rupa Indonesia), R.J Katamsi (Direktur ASRI Jogja), dan Soemarno. Setelah Belanda angkat kaki dari Indonesia, Soemardja memimpin Balai Pendidikan Universitas Guru Gambar tahun 1951- 1961 di Bandung, Katamsi menjadi Direktur Akademi Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta, sedangkan Soemarno kurang diketahui kiprahnya di Jawa Timur.

Pameran ini bertujuan untuk menginformasikan pada publik tentang pendirian Seni Rupa ITB serta melebarkan horizon pemahaman mengenai keberadaan gambar di dalam perkembangan Seni Rupa modern Indonesia melalui pendidikan. Selain itu, ditunjukan pula bahwa bangsa ini tidak hanya pernah dididik dalam sebuah lembaga formal tetapi juga memberikan informasi bagaimana keilmuan Seni Rupa Barat pernah diadaptasi oleh mahasiswa Seni Rupa ITB yang pada akhirnya berkembang ke arah yang berbeda-beda. Kritikus seni, Trisno Sumardjo, sampai-sampai pernah memberi label Seni Rupa ITB sebagai "Laboratorium Barat" disebabkan oleh Seni Rupa ITB yang sempat berkiblat pada Seni Rupa yang berkembang di Negara Barat.

Salah satu karya unik yang dapat dilihat dalam pameran ini adalah karya Sunaryo yang berjudul "Mengenang Belajar Menggambar". Di atas kertas, dengan charcoal dan pensil, beliau menggambarkan pengalamannya selama belajar di Seni Lukis. "Paling benci gambar mistar, 3X gak lulus. Lolosnya dibantu gambar Alm. Tony Lesmana", kata Sunaryo melalui torehan tulisan-tulisan di atas kertas gambarnya. "Pak Sudjoko pernah nyetel musik dan para mahasiswa disuruh membuat sapuan-sapuan tinta", lanjutnya bercerita mengenai kesannya dengan pelajaran yang ia dapatkan selama di Seni Lukis ITB.

Selain itu, Sunaryo turut menyertakan gambar-gambar anatomi tengkorak manusia yang menjadi bagian dari pelajaran menggambar anatomi tubuh manusia. Diperlihatkannya nama-nama bagian di tengkorak, menunjukan bahwa penting bagi seorang seniman untuk mengenal dan mempelajari objek gambarnya sedetail mungkin untuk dapat menghasilkan sebuah karya yang maksimal. Gambar yang dibuat pada tahun 2009 ini menunjukan bahwa melalui teknik-teknik pengajaran yang pada zamannya, Seni Rupa ITB mampu menghasilkan seniman-seniman berbakat yang ikut serta mewarnai dunia Seni Lukis Indonesia hingga dunia, seperti: Agus Suwage, Eddie Kartasoebarna, Popo Iskandar, Priyanto Sunarto, Sudjoko, Sukondo Bustaman, Sunaryo, Tisna Sanjaya, Widagdo, Wiyoso Yudoseputro, dan Yusuf Affendi Djalarai, yang turut menyumbangkan karyanya dalam pameran kali ini.

Orang-orang yang terlibat dan menyumbangkan karya dalam pameran ini antara lain alumnus-alumnus, dosen dan mahasiswa Seni Rupa ITB. Gambar-gambar yang ditampilkan, belasan di antaranya merupakan koleksi Galeri Soemardja yang selama ini hanya tersimpan di kotak kayu. Oleh karena itu, terdapat beberapa gambar yang kertasnya sudah coklat, lusuh dan sedikit pudar warna cat atau ketebalan garisnya, hingga lembarannya sudah tidak utuh lagi, namun nilai seni yang terkandung di dalamnya tetap indah tidak usang termakan waktu.


Sedangkan, gambar-gambar di atas kertas mengkilap atau kondisi cat diatasnya masih baik, merupakan karya dosen atau mahasiswa Seni Rupa ITB yang masih baru. Tinta, pastel wama, kapur, cat warna, arang, hingga pensil biasa dijadikan media pewarna di atas kertas maupun kanvas. Karakter gambar yang dihasilkan pun berbeda seiring dengan perkembangan zaman yang menghasilkan perkembangan sudut pandang dari masing-masing seniman.

Hal ini menunjukan bahwa pendidikan Seni Rupa di ITB menghasilkan berbagai macam seniman dengan karakter yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki keunikannya sendiri yang semakin membuat kampus ITB lebih berwarna di balik cap kampus teknik seperti di mata orang saat ini.