Pasar Seni ITB

Oleh

Editor

“Pasar Seni sekarang, Pasar Seni nanti, dan Pasar Seni berikutnya, Pasar Seni berjaya pada masanya, Pasar Seni berjaya pada jamannya sesuai dengan karakteristik generasi kita, yang menjadi sebab akibat Pasar Seni itu ada. Pasar Seni, acara dalam satu hari yang mengandung nilai yang dapat menyentuh sisi manusiawi seseorang.” Panji Sisdianto, SL ’02, Ketua Pelaksana Pasar Seni ITB 2006. *** Pasar Seni lahir berawal dari keinginan memperluas apresiasi terhadap karya seni. Pertama kali diselenggarakan tahun 1972 atas prakarsa Prof. A.D. Pirous, sebagai ajang bertemunya seniman dan masyarakat secara langsung. Panji, Ketua Pelaksana, yang lebih dikenal dengan Miing, menceritakan awal mula Pasar Seni karena perjalanan Prof. A.D. Pirous di tahun ‘70an ke Amerika untuk berkesenian bersama teman-temannya, kebetulan disana ada tradisi, para seniman melakukan garage sale di pergantian musim karena kekhawatiran karya-karya akan rusak dan seniman menjadi tidak produktif. Maka pada musim gugur kegiatan itu dilaksanakan di tempat yang sederhana. Dengan berbekal karya, A. D. Pirous menempati stand kecil dan ternyata karyanya termasuk karya 2D terbaik, terlaku dan berhasil mandapatkan penghargaan dari pihak penyelenggara. Sepulang dari Amerika, A. D. Pirous, mencoba membuat acara yang sama dengan nama Pasar Seni. Ternyata sambutannya bagus. Salah satu faktor Pasar Seni terus berkembang adalah sulitnya seniman untuk berpameran jika tidak di galeri. Tetapi disisi lain, masyarakat pun masih merasa sungkan jika harus melihat karya seni di galeri. Menurut Nurdian Ichsan, M.Sn. selaku Penanggung Jawab, pada dasarnya Pasar Seni dari tahun ke tahun apresiasi dan format acaranya berupa stan dan penjualan. Tetapi penyelenggaraannya berbeda karena dikemas sesuai tema yang dipilih; materinya semakin berkembang, dan tentu saja isi dan elemen estetiknya pun berkembang karena diadaptasikan dari tema tersebut Pasar Seni sebelum tahun ‘90an memang identik dengan karya-karya yang dikenal eksklusif, seperti fine arts, lukisan dan patung. Keberadaan Pasar Seni, dapat membuat semua orang bisa mengaksesnya sehingga tidak eksklusif lagi. Di lain pihak, dengan adanya Pasar Seni, para seniman terdorong untuk mencipta karya serta memasarkannya dengan harga yang lebih murah daripada harga karya yang sama jika dipamerkan di galeri. Sejalan dengan berkembangnya keprofesian di disiplin seni rupa, maka peserta Pasar Seni makin beragam, mulai masuk craft, kerajinan, dan benda-benda pakai. Untuk menjamin kualitas karya, Pasar Seni tahun ini berupaya melakukan seleksi peserta; dasar seleksinya adalah keunikan dan kreativitas. Pasar Seni 2006 juga akan menampilkan karya dengan materi yang beragam. Tidak lagi hanya menggunakan media konvensional (lukis, patung, keramik, dan grafis), melainkan juga menggunakan media campuran (mixed media) atau media baru. Nanti, karya-karya ini akan diangkat dalam bentuk pameran, Seperti kutipan di awal artikel, Pasar Seni diharapkan berjaya pada masanya. Menunjukan keberhasilan Pasar Seni dari tahun ke tahunnya sulit. Tetapi pada intinya, dari tahun ke tahun tujuan Pasar Seni senantiasa tercapai, yaitu agar masyarakat seluas-luasnya terhibur, mampu menikmati karya, dan berinteraksi langsung dengan senimannya. Bagi seniman, Pasar Seni berhasil membuat karya seniman diapresiasikan dan juga terjual. Pasar Seni yang terakhir diadakan, Pasar Seni tahun 2000, dikritik terlalu ramai sehingga seperti bazzar, serta kualitasnya yang dinilai terlalu pasaran. Kritik itu menjadi tantangan bagi Pasar Seni tahun ini. Selain menampilkan karya yang sulit ditemui di bazzar-bazzar biasa, di Pasar Seni 2006 menjanjikan materi yang bersifat edukasi serta materi yang mengangkat kesenian daerah. Pasar Seni adalah hajatan besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Sebuah persembahan dari civitas academica Seni Rupa ITB untuk masyarakat luas. Menampilkan keragaman aktifitas kesenian, memperkaya pengalaman dan wawasan akan perkembangan kesenian, dan ikut melestarikan budaya Indonesia. Melalui acara yang lebih “membumi”, Pasar Seni diharapkan mampu menjalin komunikasi yang lebih harmonis antara insitusi pendidikan tinggi dan berbagai praktek dan produk seni rupa dengan masyarakat umum. “Saya percaya, tiap Pasar Seni pasti ada keunikan tersendiri yang membedakannya dengan Pasar Seni sebelumnya,” tutur Ichsan.