Pelatihan Jurnalistik Empat Organisasi Pers Mahasiswa ITB: Komprehensif dan Holistik
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Selama tiga hari berturut-turut, 28-20 Februari 2005, diadakan pelatihan jurnalistik Se-Bandung Raya. Pelatihan jurnalistik tingkat advance ini diadakan atas kerjasama empat organisasi pers dan jurnalisme cetak di ITB, yaitu Pers Mahasiswa ITB, Lentera-Gamais, Boulevard, dan Tim Pers Kampus Kabinet Mahasiswa ITB. Pelatihan Jurnalistik ini memang sangat menarik, dalam seminggu publikasi, tiket peserta tinggal 25 buah. Yang membuat pelatihan ini dicari banyak aktivis adalah materinya yang komprehensif, mencakup keseluruhan penerbitan pers mahasiswa, mulai dari manajemen isu, penulisan feature, penulisan investigatif sampai workshop layout majalah. Selain itu juga pembicara yang hadir, terutama tim dari dua majalah ternama, Tempo dan Gatra.
Pelatihan ini diselenggarakan selama empat hari, 18-20 Februari, dan 27 Februari. Tiga hari berturut pertama akan diisi oleh materi dari tokoh pers mahasiswa, Rum Aly dan para pembicara dari majalah Tempo. Sementara itu, tanggal 27 Februari, diadakan workshop di Comlabs ITB yang menghadirkan tim lay out majalah Gatra. Selang satu minggu, antara tanggal 20-27 Februari, 70 peserta pelatihan dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok yang masing-masing akan membuat sebuah majalah kecil, berukuran A5, 16 halaman.
Pelatihan jurnalistik ini memang ditujukan bagi para aktivis pers kampus sehingga corak pelatihannya bukan pelatihan jurnalistik dasar. Hadir sebagai pembicara pertama, Rum Aly, tokoh pers mahasiswa tahun 60-70-an, yang juga mantan pemimpin redaksi Koran Mahasiswa Indonesia, salah satu media mahasiswa yang terbit secara nasional dan diakui kekritisannya terhadap kondisi politik yang belum stabil saat itu. Rum Aly memberikan sharing mengenai sejarah pers mahasiswa semenjak awal mulai tumbuh, tahun 1960an hingga tahun 1980an. Rum Aly banyak memberikan masukan mengenai esensi dari pers mahasiswa yang tidak terlepas dari pergerakan mahasiswa. Pers mahasiswa pada masa 1960-1980 menjadi media perjuangan bagi para aktivis mahasiswa. Tidak hanya itu, Rum Aly juga memberikan banyak masukan dan kritikan tentang bagaimana pers mahasiswa sekarang hidup dan berjuang.
Setelah semangat para peserta digugah oleh sharing Rum Aly, selanjutnya hadir Bambang Hari Murti, pemimpin redaksi majalah tempo dan Ismanul Pempasha, mantan Koordinator Liputan PR, kini bekerja di Galamedia. Kedua tokoh ini berdiskusi dengan para peserta mengenai manajemen isu. Pembicaraan mengarah kepada bagaimana memilih dan mengangkat sebuah isu dalam media.
Hari Kedua diisi oleh Malela, Redaktur Eksekutif Tempo yang berbicara mengenai manajemen sebuah organisasi penerbitan pers yang profesional. Gaya berbicara Malela yang menarik membuat peserta menikmati materi manajemen ini. Organisasi pers mahasiswa memang cenderung masih bersifat amatir, melalui materi ini Malela memperkenalkan manajemen organisasi Tempo yang sudah mapan dan profesional bukan saja dari manajemen dewan redaksi sampai ke reporter, namun juga manajemen tim kreatif, dan manajemen perusahaan yang mengurus bisnis dan profit sebuah organisasi pers. Secara khusus, pada sesi kedua, Malela juga memberikan materi penulisan feature, salah satu kekhasan majalah Tempo.
Terakhir, minggu, 20 Februari kemarin, hadir Arif Zulkifli, redaktur tempo untuk bidang politik. Arif memberikan materi mengenai 'investigative reporting'. Penulisan investigatif inilah yang banyak dicari oleh para peserta. Tampak dari diskusi dan tanya jawab yang intensif terjadi kemarin di Ruang TVST B, ITB. Arif banyak menceritakan pengalaman dirinya sendiri, maupun pengalaman rekan-rekan wartawan investigatif lainnya dalam menyelidiki dan membongkar sebuah skandal. Salah satu sharingnya yang santat menarik adalah pengalaman Arif berusaha mendapatkan wawancara eksklusif dengan Doktor Hasan Tiro, pemimpin Gerakan Aceh Merdeka. Arif banyak memberikan tips dan trik mengenai penulisan investigatif, mulai dari pencarian info awal, menjalin hubungan dengan nara sumber, mengejar berita, hingga reportase deskriptif.
Hadir sebagai peserta, mahasiswa-mahasiswa dari berbagai organisasi pers kampus di Bandung. Bahkan terdapat perserta dari Universitas Airlangga, Bandung. Pihak Panitia juga sempat dihubungi oleh organisasi pers di Yogyakarta, Semarang, dan Makasar yang juga ingin turut ikut. Sayangnya, mereka tidak bisa turut dalam pelatihan ini karena masalah waktu dan tempat.
Selanjutnya, selama seminggu, peserta telah dibagi dalam kelompok kecil untuk membuat sebuah majalah. Panitia menugaskan bahwa tiap majalah mengandung artikel feature dan artikel investigatif. Selebihnya, terserah peserta. Peserta juga diharapkan mengirimkan isi dari majalah yang mereka buat untuk dinilai oleh Tim Tempo. Sementara itu, dari segi lay out, akan diadakan workshop bertempat di Comlabs ITB, hari Minggu 27 Februari 2005 yang akan dipandu oleh Tim Gatra. Hasil Lay out akan juga dinilai oleh Tim Gatra.
Diharapkan selesai dari pelatihan ini, para peserta mendapatkan pengetahuan yang komprehensif dan holistik mengenai penerbitan pers mahasiswa, mulai dari esensi, pengangkatan isu, manajemen, hingga lay out majalah. Selain itu, pertemuan ini juga bertujuan menjalin hubungan baik antar organisasi pers kampus.