Pelatihan Stress Management, Bantu Mahasiswa Atasi Stress Selama Kuliah

Oleh Muhammad Arif

Editor Muhammad Arif

Tim Bimbingan dan Konseling LPKM ITB menggelar Pelatihan Stress Management bagi mahasiswa ITB dalam dua hari. Pada hari Sabtu dan Minggu, 23-24 September 2006 pelatihan ini berlangsung jam 08.00-17.00 WIB. Pelatihan ini mengambil tempat di ruang 9311, gedung Teknik Fisika ITB. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam mengatasi permasalahan psikologisnya selama menuntut ilmu di ITB.

Tim Bimbingan dan Konseling berada di bawah arahan Ibu Ciptati selaku Deputi Pengembangan Karakter Mahasiswa. Pelatihan ini sendiri termasuk dalam program jangka panjang Tim Bimbingan dan Konseling ITB dalam pembentukan karakter kompetensi mahasiwa. “Mahasiswa ITB diharapkan memiliki delapan karakter kompetensi dalam diri mereka, termasuk kecerdasan intelektual, emosi dan sosial,” jelas Bu Ciptati. Menurut beliau, pelatihan ini merupakan pelatihan keempat yang pernah digelar untuk tujuan yang sama, seperti pelatihan kepemimpinan dan lainnya.

Pelatihan ini dimulai dengan menganalisa permasalahan-permasalahan yang biasa dihadapi mahasiswa. Analisa ini dilakukan dengan pengisian angket oleh seluruh peserta, yang mengisinya berdasarkan pengalaman pribadi. Selain itu, para peserta juga diberi bekal mengenai apa dan bagaimana stress bisa terjadi. Aspek-aspek psikologi dan fisiologi dapat mempengaruhi terjadinya stress.

Pelatihan yang mengundang dr. Retty Ratnawati, MSc, salah satu staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini juga memberikan beberapa solusi terbaik dalam mengatasi stress. Menurut dr. Retty, stress yang terjadi pada mahasiswa kebanyakan berasal dari adanya proses penyesuaian diri dari lingkungan pasca SMU dengan lingkungan kampus. Stress ini kemudian akan hilang dengan sendirinya setelah mahasiswa memasuki tahap ‘recovered’ dimana jangka waktunya berbeda-beda tiap mahasiswa. “Solusinya ialah pengontrolan emosi dan psikis serta berkomunikasi aktif secara vertikal (dengan Tuhan—red) dan horizontal (dengan sesama—red),” tutur dr. Retty lagi.