Penyegaran Dosen ITB 2008: Ada Nilai AB dan BC?
Oleh David Samuel
Editor David Samuel
Salah satu hal yang cukup menarik yang disampaikan oleh Prof. Adang Surahman, Ph.D. pada acara tersebut adalah sebuah fakta yang cukup ironis. Sejarah statistik Seleksi Nasional selalu menempatkan ITB sebagai Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang memiliki standar nilai masuk (passing grade) paling tinggi. Hal ini mengimplikasikan bahwa ITB selalu didatangi oleh pelajar-pelajar terbaik dari seluruh Indonesia. Namun pada kenyataannya, di dunia kerja, seringkali lulusan ITB bahkan tidak masuk hitungan dalam seleksi administratif karena tersandung permasalahan Indeks Prestasi (IP) yang kecil, jika dibandingkan dengan perguruan tinggi nasional atau swasta lainnya. Hal ini tentu sangat merugikan lulusan ITB. Bahkan sampai ada ankedot yang menyatakan bahwa nilai sempurna adalah milik Tuhan, nilai baik adalah milik dosen, dan nilai cukup adalah milik mahasiswa.
Sudah bukan hal baru jika ingin memiliki IP yang baik di ITB adalah hal yang cukup sulit. Kenyataan menunjukkan bahwa mendapat nilai A untuk mata kuliah tertentu peluangnya sangat kecil sekali. Melalui berbagai kuesioner dan penelitian yang dilakukan oleh Wakil Rektor Senior Bidang Akademik mendapatkan sebuah fakta bahwa kebanyakan nilai mahasiswa ITB kurang ditentukan oleh kualitas dosen atau proses pembelajaran, tetapi oleh standar yang ditetapkan oleh dosen sendiri yang sangat personal.
Oleh karena itu, mulai kurikulum baru 2008 ini, diterapkan sebuah sistem penilaian yang baru, yaitu selain ada nilai A, B, C, D, dan E, akan ada nilai AB, dan BC. Dengan adanya nilai antara tersebut, diharapkan dosen dapat lebih bijak dalam memberikan penilaian, sehingga nilai-nilai mahasiswa yang "menyerempet", dalam hal ini contohnya "B gemuk", dapat dikelompokkan menjadi AB. Bagaimana dengan perhitungan IP? Tidak ada masalah signifikan, mengingat nilai AB adalah setara dengan 3.5, dan BC setara 2.5. Sistem penilaian baru ini akan mulai diterapkan di semester ini, dan berlaku bagi seluruh mahasiswa seluruh angkatan.
Selain "himbauan" kepada para dosen, seperti yang telah dijelaskan di atas, kualitas proses belajar mengajar juga perlu ditingkatkan. ITB akan berusaha untuk menerapkan sistem Learner Centered Education. Intinya adalah menyiapkan mahasiswa agar tidak hanya lulus dengan IP memuaskan, namun juga memiliki soft skill yang memadai. Pertemuan Rektor ITB dengan salah satu pengguna lulusan ITB, Schlumberger, di tahun 2001 yang lalu, memberikan indikasi bahwa lulusan ITB kurang bisa berkomunikasi, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang rendah.
Oleh karena itu, Ichsan Setya Putra menitipkan pesan kepada seluruh dosen ITB untuk merancang kegiatan perkuliahan yang dapat mengakomodasi perkembangan soft skill bagi mahasiswa, dan juga mengevaluasi setiap tugas yang telah diberikan, terutama bagi program studi yang akan atau sudah menerapkan akreditasi ABET. Salah satu caranya adalah dengan membuat portofolio perkuliahan. Dengan adanya portofolio perkuliahan, seluruh kegiatan dalam perkuliahan menjadi transparan, akuntabilitasnya dapat dipertahankan, dan dapat dipantau kemajuannya.