Workshop Prodi TL: Kurikulum 2008

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bandung, itb.ac.id - Program Studi Teknik Lingkungan (Prodi TL) ITB menyelenggarakan Workshop Prodi TL dengan tajuk "Peran dan Kebutuhan Sarjana Teknik Lingkungan dalam Perspektif Industri, Pemerintah, dan Swasta" di Ruang Auditorium Campus Center Jumat (29/6) lalu. Acara ini digelar dalam kerangka penyusunan kurikulum TL terbaru yaitu kurikulum 2008, sekaligus sebagai pembuka rangkaian acara Lustrum IX Pendidikan Tinggi Teknik Lingkungan Indonesia. Sebagai pelopor keilmuan Teknik Lingkungan di level pendidikan tinggi, Prodi TL (dulu bernama Teknik Penyehatan) bertekad meningkatkan terus kualitas pendidikan dan kualitas lulusannya. Workshop ini didesain untuk menanggapi dan memberikan masukan pada draft kurikulum 2008 yang sebelumnya sudah disusun. Tujuh alumni TL yang telah berkarya di berbagai tempat diundang untuk menjadi pembicara mewakili bidang pekerjaannya masing-masing. Workshop dimulai dengan presentasi draft kurikulum TL 2008 oleh Mindriani Syafila, dosen Teknik Lingkungan. Pada sesi pertama Dida Gardera mewakili Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia (IATPI) memberikan banyak ide mengenai perlunya konsep pembangunan berkelanjutan diintegrasikan dalam pendidikan TL melalui 'triple track strategy' yaitu 'pro-growth', 'pro-employment', dan 'pro-poor'. Selanjutnya Mulyadi Afmar dari Benefita memberikan masukan dari sudut pandang industri konsultansi bidang teknik lingkungan. Medrilzam menjadi orang ketiga yang memberikan masukan bagi kurikulum TL 2008. Kepala Subdirektorat Pengelolaan Lingkungan Hidup Bappenas ini memberikan 'insight' mengenai apa saja yang harus diantisipasi pendidikan tinggi Teknik Lingkungan dari sudut pandang pemerintah dan pengambil kebijakan negara. Pada sesi selanjutnya hadir, Riza Deliansyah mewakili Divisi Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial Astra Internasional; Moekti H. Soejahmoen mewakili Yayasan Pelangi; Rudi Willem mewakili Infratama Yakti; serta Setiawan Wangsaatmadja, Kepala Bidang Kerusakan Lingkungan BPLHD Jawa Barat. Keempatnya adalah alumni TL ITB. Masing-masing dari mereka memberikan masukan dari sudut pandang bidang pekerjaan dan tanggung jawabnya yang berbeda-beda. Riza membagi dua peran TL dalam dunia industri, yaitu sebagai pemimpin-manager dan sebagai spesialis. Salah satu penekanannya masih sedikitnya lulusan TL yang memegang tanggung jawab dalam pekerjaan bidang lingkungan di Astra. Dari 217 PIC (Person In Charged) bidang Lingkungan di Astra Internasional, hanya 21 orang yang merupakan lulusan TL. Sama seperti Mulyadi dari Benefita, Rudi juga merintis Infratama Yakti yang bergerak di bidang konsultansi lingkungan. Masukannya termasuk perlunya mendalami bidang sekunder selain TL seperti sipil/struktural, kimia, dan mekanikal/elektrikal. Kemampuan menulis laporan yang baik serta kemampuan bahasa inggris juga menjadi hal-hal yang ditekankan olehnya. Di akhir workshop, Dr. Agus Jatnika, Kepala Prodi TL memberikan ringkasan atas masukan-masukan yang telah diterima dari ketujuh alumni serta melalui sesi diskusi yang ada di setiap akhir sesi. Dirinya berjanji akan mempertimbangkan dan mengintegrasikan masukan-masukan yang relevan dan penting ke dalam kurikulum TL 2008.