Peringatan Isra’ Mi’raj 1442 H ITB: Dari Keimanan Hingga Akal Sehat

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Direktorat Kemahasiswaan ITB dan Unit Rebana ITB menggelar peringatan Isra’ Mi’raj 1442 H pada Sabtu (27/03/2021) secara daring. Ustadz Dr. Aam Amiruddin M.Si., menjadi penceramah yang mengisi tausiyah. Beliau membahas Isra’ Mi’raj dari sudut pandang keimanan dan akal intelektual serta sikap bijak umat Islam terhadap peristiwa tersebut.

Acara dimulai dengan penampilan sholawat dari Unit Rebana ITB (URI) dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Kemudian, dilanjutkan oleh pembacaan mahalul qiyam oleh URI dan sambutan dari Dr. G. Prasetyo Adhitama selaku Direktur Ditmawa ITB.

Ustadz Dr. Aam Amiruddin memfokuskan topik bahasan pada respons bijak iman dan akal terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj. Beliau menyebutkan bahwa manusia mengandung tiga unsur penting dalam dirinya: jasad, akal, dan qalbu atau hati. Jasad manusia harus diberi nutrisi seimbang agar dapat menjalankan ibadah dengan baik. Akal diciptakan untuk mengeksplorasi hal yang ada di dunia serta mengolah data dan objek dengan bantuan logika manusia. Sedangkan, qalbu atau hati diciptakan sebagai tempat bermuara iman yang ditumbuh-kembangkan oleh manusia. Ia mengingatkan peserta bahwa rasionalitas dalam akal dan iman pada hati harus saling melengkapi dan bukan malah dipisahkan.

Ust. Aam memaparkan lebih lanjut terkait agama dan sains yang harus saling melengkapi pula. Dua hal tersebut memiliki kesamaan, yaitu kesamaan dalam mencari kebenaran dan kebahagiaan. Namun kesimpulan yang dihasilkan bisa berbeda-beda. Ia melanjutkan pembahasan dengan klasifikasi kebenaran menjadi empat bagian berdasarkan objek, paradigm, metode, dan kritera, yaitu kebenaran pragmatis, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis, dan kebenaran wahyu.

Dr. Aam menambahkan, bahwa untuk menyikapi peristiwa Isra’ Mi’raj hendaknya diterima dengan iman dan keyakinan. “Isra’ Mi’raj itu bukan sebagai bahan diskusi karena perlu dipahami dengan logika kebenaran wahyu, bukan dengan rasionalitas,” tuturnya.

Selanjutnya, Dr. Aam Amiruddin mengajak peserta untuk mengambil hikmah dari peristiwa isra’ mi’raj. Sebab lewat peristiwa tersebut, mengajarkan umat Islam untuk menjaga keistiqomahan dalam keimanan dan harmoni antara perkataan dan perbuatan sebagai kehormatan seseorang. Hikmah selanjutnya adalah penting bagi umat islam untuk menjaga kejujuran, kedisiplinan, dan senantiasa memenuhi janji.

Reporter: Daffa Raditya Farandi (TPB, 2020)


scan for download