Seminar Lingkungan Hidup "Green Community Development"
Oleh Fathir Ramadhan
Editor Fathir Ramadhan
Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) ITB mengadakan Seminar Lingkungan Hidup "Green Community Development" pada Jumat dan Sabtu (23-24/04/10) di Auditorium Campus Center Timur ITB. Seminar ini membahas beragam isu terhangat tentang lingkungan hidup, meliputi perubahan iklim, desain kota dan gedung yang ramah lingkungan, manajemen sampah, sanitasi, dan energi. Seminar yang melibatkan akademisi, pemerintah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini merupakan bagian dari rangkaian acara Sahabat Bumi yang diadakan KMPA dalam rangka memperingati Hari Bumi 2010.
Gusti Muhammad Hatta (Menteri Lingkungan Hidup RI), Rachmat Witoelar (Dewan Nasional Perubahan Iklim), serta Leonard Simanjuntak (Greenpeace Indonesia) bertindak sebagai pembicara pada Jumat (23/04/10). Sedangkan Aulia Prima Kurniawan (Ketua Ikatan Alumni ITB Fisika, Angkatan Pendiri KMPA Ganesha ITB) bertindak sebagai moderator.
Pada Sabtu (24/04/10), beragam materi berkaitan dengan lingkungan hidup disampaikan oleh pembicara dari berbagai latar belakang. Green City disampaikan oleh Marco Kusumawidjaya selaku arsitek; Green Building disampaikan oleh Tiyok Prasetyoadi (Green Building Council of Indonesia); Waste Management disampaikan oleh David Sutasurya (LSM Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi); Sanitasi Masyarakat disampaikan oleh Katharina Oginawati (Dosen Teknik Lingkungan ITB); Energi disampaikan oleh Sapto Nugroho (Managing Director IBEKA); sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan oleh Surna T. Djajadiningrat (Guru Besar Manajemen Lingkungan ITB).
Leonard Simanjuntak (Greenpeace Indonesia) menjelaskan pentingnya menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat Celcius. Untuk mencapainya, diperlukan usaha penyelamatan hutan. Saat ini, pemicu utama deforestasi di Indonesia adalah perluasan area untuk penanaman minyak sawit (palm oil) dan penambangan batu bara. Untuk menanggulanginya, diperlukan kerja sama antara pemerintah dengan kalangan bisnis dan masyarakat untuk menerapkan moratorium penebangan hutan, moratorium konversi lahan gambut, serta zero deforestation pada 2015.
Pada presentasinya mengenai waste management, David Sutasurya menggambarkan aliran materi sebagai rute satu arah. Misal, kayu ditebang dari hutan, diproduksi oleh pabrik menjadi kertas, didistribusikan ke rumah tangga untuk digunakan. Dengan aliran seperti ini, sampah menumpuk di rumah tangga. Pada akhir siklusnya, sampah hanya berakhir di tempat pembuangan, yang diproses secara tidak sehat, karena menghasilkan gas dioksin yang beracun. Idealnya, setiap rumah tangga melakukan usaha agar kertas tersebut (dan sampah lainnya) dapat kembali lagi ke siklus materi, bukannya berakhir di pembakaran sampah.
Pada Sabtu (24/04/10), beragam materi berkaitan dengan lingkungan hidup disampaikan oleh pembicara dari berbagai latar belakang. Green City disampaikan oleh Marco Kusumawidjaya selaku arsitek; Green Building disampaikan oleh Tiyok Prasetyoadi (Green Building Council of Indonesia); Waste Management disampaikan oleh David Sutasurya (LSM Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi); Sanitasi Masyarakat disampaikan oleh Katharina Oginawati (Dosen Teknik Lingkungan ITB); Energi disampaikan oleh Sapto Nugroho (Managing Director IBEKA); sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan oleh Surna T. Djajadiningrat (Guru Besar Manajemen Lingkungan ITB).
Leonard Simanjuntak (Greenpeace Indonesia) menjelaskan pentingnya menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat Celcius. Untuk mencapainya, diperlukan usaha penyelamatan hutan. Saat ini, pemicu utama deforestasi di Indonesia adalah perluasan area untuk penanaman minyak sawit (palm oil) dan penambangan batu bara. Untuk menanggulanginya, diperlukan kerja sama antara pemerintah dengan kalangan bisnis dan masyarakat untuk menerapkan moratorium penebangan hutan, moratorium konversi lahan gambut, serta zero deforestation pada 2015.
Pada presentasinya mengenai waste management, David Sutasurya menggambarkan aliran materi sebagai rute satu arah. Misal, kayu ditebang dari hutan, diproduksi oleh pabrik menjadi kertas, didistribusikan ke rumah tangga untuk digunakan. Dengan aliran seperti ini, sampah menumpuk di rumah tangga. Pada akhir siklusnya, sampah hanya berakhir di tempat pembuangan, yang diproses secara tidak sehat, karena menghasilkan gas dioksin yang beracun. Idealnya, setiap rumah tangga melakukan usaha agar kertas tersebut (dan sampah lainnya) dapat kembali lagi ke siklus materi, bukannya berakhir di pembakaran sampah.