Perkuat Kerjasama Indonesia-Swedia, Raja dan Ratu Swedia Kunjungi ITB

Oleh Gilang Audi Pahlevi

Editor Gilang Audi Pahlevi

Triple Helix

BANDUNG, itb.ac.id- Sejak kerjasama terjalin antar Indonesia-Swedia 65 tahun lalu, tahun ini adalah pertama kalinya Raja Swedia melakukan kunjungan kenegaraan dengan langsung datang ke Indonesia. Dalam peristiwa bersejarah tersebut, ITB mendapat kehormatan sebagai salah satu destinasi yang disambangi oleh Raja dan Ratu Swedia, Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia. Pada Rabu (24/05/2017), Raja dan Ratu Swedia beserta rombongannya menghadiri Seminar yang diadakan di Aula Barat ITB. Dalam rombongan tersebut turut pula perwakilan pemerintahan, akademisi dan industri dari Swedia. Hadir pula Bambang Brodjonegoro (Menteri Bappenas), Satryo Soemantri Brodjonegoro (Presiden IAPI), Intan Ahmad (Direktur Jendral Pembelajaran dan Kemahasiwaan Kemeristekdikti) pada acara tersebut. Seminar dengan tajuk “Triple Helix, Indonesia-Sweden Perspectives” ini diadakan sebagai ajang pertemuan antar pemerintah, akademisi dan industri baik dari Swedia maupun Indonesia.


Pada sesi pertama seminar tersebut, beberapa pembicara memberikan pemaparan terkait Science Park, sebuah konsep tempat yang menjadi tempat pertemuan antara pemerintah, akademisi dan industri. Eksistensi Science Park merupakan poin krusial dalam implementasi Triple Helix. Pembicara perwakilan Indonesia yakni Bambang Brodjonegoro, Intan Ahmad dan Satryo Soemantri Brodjonegoro menyampaikan hal senada bahwa konsep Science Park tengah dicoba untuk diterapkan di Indonesia saat ini. Untuk mencapai hasil yang optimal, saat ini telah dimulai spesialisasi universitas untuk mengembangkan sektor tertentu, seperti ITB yang diarahkan ke pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, transportasi dan energi, lalu UGM yang difokuskan ke pengembangan alat-alat kesehatan, farmasi dan ketahanan pangan, dan IPB yang diberi tugas dalam riset biosanis, pangan, agrikultur tropis dan industri kreatif. Namun demikian, pengalihan dana untuk riset dan pengembangan di Indonesia masih rendah sehingga penerapan model Triple Helix belum bisa seoptimal yang sudah berhasil dilakukan oleh Swedia. Pembicara dari Swedia, Sven-Thore Holm (CEO Lundavision) dan Marie Lowegren (Direktur Sten K Johnson Centre) memaparkan bagaimana Science Park sebaiknya dibangun. Berdasarkan contoh di Lund Unviersity, Science Park berlokasi dekat dengan universitas, dan didukung dengan berbagai infrastruktur yang dapat menopang informasi dan riset seperti akses internet yang cepat, instrumen-instrumen penelitian termutakhir hingga working space sebagai tempat diskusi dan tukar pikiran berbagai pihak yang terlibat.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi diskusi grup. Sebelumnya, panitia acara telah menempatkan 6-8 orang dalam satu meja. Susunan tempat duduk dalam satu meja telah diatur agar tiap meja terdapat perwakilan dari pemerintah, industri dan akademisi dari masing-masing negara. Dalam sesi diskusi tersebut, dibahas tiga pertanyaan yakni bagaimana model Triple Helix dapat diterapkan di Indonesia, apa peran perusahaan Swedia dalam mengembangkan Science Park di Indonesia dan keuntungan yang dapat mereka peroleh, serta bagaimana kompetensi Swedia dapat membantu perkembangan ekonomi Indonesia.

Sesi kedua seminar diisi oleh Viktor Owall (Rektor Lund University), Anna Johansson (Menteri Infrastruktur Swedia) dan Ulf Ewaldsson (Senior Vice President Ericsson) yang berbagi pandangan mereka tentang bagaimana Swedia mengembangkan ekonominya melalui model Triple Helix. Kemudian acara dilanjutkan dengan penandatangan kerjasama antara Kemenristekdikti dengan Lund University dan ITB dengan Ericsson. Acara seminar pun ditutup oleh Rektor ITB, Kadarsah Suryadi. Besar harapan seminar tersebut dapat menjadi inisiator kerjasama yang lebih intens dan menguntungkan masing-masing negara di masa mendatang.