Pesan Rektor ITB pada Wisuda Juli 2022: Jadilah Pembelajar Sepanjang Hayat dan Berpikir “Out of The Box”
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id–Sabtu, 23 Juli 2022 menjadi hari bersejarah bagi para wisudawan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memenuhi syarat akademik maupun administratif untuk dikukuhkan sebagai Doktor, Magister, Sarjana, dan Insinyur pada Wisuda Ketiga ITB Tahun Akademik 2021/2022. Setelah mengucap Janji Lulusan ITB, para wisudawan mendapatkan pesan dari Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor menyampaikan selamat kepada para wisudawan yang resmi telah mendapatkan sebuah gelar baru dari ITB. Gelar ini merupakan bentuk pengakuan terhadap kompetensi baru yang diraih para wisudawan setelah menempuh pendidikan tinggi di ITB. Di samping itu, gelar tersebut menjadi simbol bahwa mereka harus mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi untuk berkiprah dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.
Selepas masa pendidikan di ITB, para wisudawan akan kembali ke kehidupan nyata di masyarakat. Kehidupan nyata yang penuh dengan tantangan-tantangan baru dan menimbulkan banyak ketidakpastian. Rektor berpesan bahwa cara penting untuk bisa merespons tantangan-tantangan baru tersebut adalah dengan menerapkan prinsip lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hayat.
“Belajar terus-menerus itu merupakan sebuah keharusan yang harus kita jalani di dalam berbagai area kehidupan,” pesan Prof. Reini.
Lifelong learning memiliki perbedaan dengan formal learning yang memiliki kurikulum resmi dengan tahapan pembelajaran terstruktur dan tujuan serta targetnya jelas telah ditetapkan. Lifelong learning membutuhkan kearifan/wisdom pribadi sebab lifelong learning berbentuk pembelajaran informal yang relatif tidak terstuktur, memiliki tahapan dengan pola zigzag atau maju mundur, dan tanpa tujuan atau target yang tetap.
Banyak cara yang dapat diterapkan untuk melakukan pembelajaran sepanjang hayat. Beberapa yang disampaikan misalnya: mengembangkan keterampilan atau pengetahuan baru dengan cara menggali berbagai sumber, bergabung ke klub atau diskusi informal dengan minat yang spesifik, hingga membuat catatan harian untuk merefleksikan diri dan merencanakan perbaikan-perbaikan pribadi.
Dalam menjalani hal tersebut tentu banyak rintangan yang perlu diperhatikan. Kesibukan dan tanggung jawab terkadang membuat kita tidak sempat melakukan hal tersebut. “Sempitnya waktu pun menjadi alasan yang dibuat untuk tidak melakukan lifelong learning,” ujarnya.
Selain itu kata Rektor, terkadang biaya dan sumber daya lain menjadi tantangan. Dari dalam diri sendiri pun seperti motivasi dan mood yang turun naik akan menjadi tantangan besar untuk dihadapi. Sementara itu, keabsahan hasil-hasil pun menjadi tantangan bagi kita dalam melakukan lifelong learning.
“Dengan banyaknya tantangan ini, maka lifelong learning membutuhkan motivasi dan komitmen diri yang kuat. Kompetensi yang didapat dari ITB pun telah cukup menjadi bekal bagi para wisudawan untuk bisa menerapkan lifelong learning,” ujarnya.
Lifelong learning menjadi penting sebab mampu membawa berbagai manfaat. Sebagai mahluk sosial, pembelajaran sepanjang hayat akan membuka peluang untuk memperluas ruang pergaulan dan interaksi sosial. Selanjutnya manfaat lain dari lifelong learning adalah membantu kita untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik lagi, mengurangi hingga menghilangkan berbagai kesalahpahaman di benak kita, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu kita dalam melakukan pemikiran ‘out of the box’.
Selain pesannya tentang lifelong learning, Rektor juga berpesan bahwa solidaritas, kebersamaan, dan saling mendukung menjadi penting dalam menghadapi tantangan bersama, demi meraih kemajuan dan keberlanjutan bersama. Rektor mewakili segenap tenaga pendidik ITB mengucapkan terima kasihnya kepada para orang tua yang telah memercayakan putra-putrinya kepada ITB.
Reporter: Andri Maulana (Teknik Pertambangan, 2020)