Pidato Kebudayaan Rektor ITB Paparkan Pentingnya Dialog Ilmu Pengetahuan dalam Menyelesaikan Masalah Dunia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Bersamaan dengan pembukaan Design Centre FSRD ITB, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menyampaikan pidato kebudayaan. Pidato tersebut menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk menjawab tantangan dunia modern yang menuntut solusi yang holistik.
Dalam pidato kebudayaannya, Prof. Reini menyatakan hakikat ilmu pengetahuan sebagai cerminan dari kehidupan manusia. Hakikat tersebut ketika ditinjau dari prisma akademik, menghasilkan spektrum ilmu pengetahuan yang tidak hanya lebar tetapi juga dinamis. Berkembangnya berbagai disiplin ilmu memperlihatkan keragaman dan nuansa perbedaan, meskipun merupakan suatu kesatuan yang utuh. Ilmu pengetahuan ini terus berkembang dan membawa perubahan terhadap setiap sendi kehidupan manusia.
Meski begitu, Rektor juga mengungkapkan bahwa salah satu problematika kehidupan modern adalah terbentuknya spektrum dengan diferensiasi tajam dan terpisah akibat kontestasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan, menghasilkan citra kehidupan manusia yang terlalu fokus pada perbedaan.
“Tidak jarang para akademisi terlibat dalam perdebatan tentang kemurnian identitas dan status disiplin akademik—mana yang murni, mana yang campuran, mana yang utama, mana yang kelas 2, hal ini pada gilirannya menghasilkan citra atau image tentang kehidupan manusia yang high contrast dan low resolution,” ujar Rektor.
Sekat-sekat dalam melihat masalah kehidupan memberi kesan bahwa pintu dialog selalu tertutup, menyulitkan kerja sama menuju common world dan common good. Solusi-solusi yang baik tetapi tidak kompatibel satu dengan yang lain menjadi masalah baru—terancamnya sustainable wellbeing.
Prof. Reini mengungkapkan bahwa pengembangan program akademik yang lintas disiplin, antardisiplin, dan trans disiplin yang telah dilakukan di ITB dan perguruan tinggi lainnya adalah cara untuk meruntuhkan sekat-sekat tersebut dan membuka peluang yang lebih besar untuk membicarakan common world dan common good, menuju sustainable wellbeing dan citra kehidupan manusia yang semakin organik. “Melalui program-program seperti ini, diharapkan sekat-sekat akademik semakin berpori-pori dan dialog-dialog lintas disiplin akademik menjadi semakin intensif,” ujarnya.
Ia mencontohkan ITB, yang awalnya hanya berfokus pada matematika, ilmu pengetahuan alam, teknik, serta seni dan desain, juga telah meluaskan lingkup perhatian meliputi ilmu sosial dan humaniora, yang juga dipadukan dalam ilmu-ilmu klasik tersebut.
Sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, ia menyampaikan bahwa ITB akan terus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam mewujudkan sustainable wellbeing untuk Indonesia dan dunia, salah satunya melalui kehadiran Design Centre FSRD ITB.
“Saya berharap bahwa kehadiran Design Centre FSRD ITB ini, fasilitas yang mungkin kecil, tetapi dampaknya sangat luas, akan berkontribusi dalam memperkaya dan memantapkan langkah ITB menuju masa depan,” tutup Rektor.
Reporter: Nathan Aristiphano (Mikrobiologi 2021)