Pilot Project Distance Learning Kuliah EL-3002 ke Universitas Syah Kuala Banda Aceh oleh Armein Z R Langi
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Bencana alam tsunami pada 26 Desember 2004 telah memberikan dampak besar baik bagi Aceh, Indonesia, maupun dunia. Dampak itu termasuk hilangnya nyawa sepertiga dosen di Universitas Syah Kuala Banda Aceh yang mengakibatkan kegiatan perkuliahan di Universitas Syah Kuala carut-marut semenjak terjadinya tsunami. Sivitas ITB yang peduli akan kenyataan ini, membantu saudara-saudara kita di Universitas Syah Kuala Banda Aceh dengan menginisiasi Distance Learning dari ITB ke Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Yang menjadi pilot project adalah kuliah EL-3002 “Pemrosesan Sinyal Digital” oleh Armein ZR Langi yang kuliah perdananya telah disiarkan pada 7 Maret 2006.
Kuliah virtual ini diadakan secara rutin, setiap hari Selasa dan Jumat, di Ruang Multimedia, Gedung Comlabs ITB. Diikuti baik oleh mahasiswa lokal ITB dan Syah Kuala, acara ini produksinya dilakukan oleh tim Ganesha TV dan ITB TV. Transmisi program ini dan infrastuktur internet satelit diselenggarakan oleh tim School of Internet (SoI) ITB. Direncanakan kegiatan ini akan diperluas melalui program Virtual Class dan Distinguished Lecture ITB. Program ini akan diperluas ke seluruh Indonesia, untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat dan tak berbayar. Namun sangat disayangkan, program ini dananya masih bersifat voluntari.
Ditemui seusai memberikan kuliah virtual tersebut, Jumat (28/4), Armein mengatakan bahwa kuliah virtual ini sebenarnya mengikuti kurikulum Teknik Elektro Universitas Syah Kuala Banda Aceh, sehingga ada jarak sekitar satu bulan keterlambatan silabus EL-3002 Syah Kuala dengan silabus EL-3002 ITB sendiri. Namun pada semester yang akan mendatang, kurikulum Syah Kuala akan disinkronisasikan dengan kurikulum ITB.
“Selama ini saya merasa seperti memberikan kuliah di dua kelas yang berbeda, karena materi yang saya ajarkan untuk kelas ITB harus saya ajarkan lagi beberapa minggu sesudahnya di kelas virtual untuk Syah Kual,” ucap Armein tentang perbedaan kurikulum Syah Kuala dengan ITB.
Tentang program SoI sendiri, Armein berpendapat bahwa selama ini kuliah virtual semacam SoI kurang diminati oleh mahasiswa, selain karena sifatnya yang tidak wajib, kuliah non-reguler tersebut dibawakan dalam Bahasa Inggris. Padahal kuliah virtual semacam SoI membutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit, baik dari segi finansial maupun manusia, sehingga secara teknis, masukan lebih besar dari keluaran, atau dengan kata lain, produktivitasnya rendah.
Kuliah virtual ke Universitas Syah Kuala Banda Aceh sendiri diharapkan menjadi cikal bakal distance learning yang berkelanjutan. Armein mengatakan bahwa ada rencana untuk membuat ruang kuliah permanen yang khusus diperuntukkan bagi kuliah virtual ini, “Sejauh ini ada 4 calon ruangan. Salah satunya ruang TVST-B, yang lainnya tersebar di berbagai penjuru kampus ITB.” Diharapkan dengan adanya ruangan khusus kuliah virtual tersebut, proyek ini berjalan lebih lancar dan produktif
(astriddita)