Potensi Medang Indonesia sebagai Antikanker, Orasi Ilmiah Prof. Lia Dewi Juliawaty

Oleh Devi Berliana Pratiwi - Mahasiswa Sains dan Teknologi Farmasi, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Dr. Lia Dewi Juliawaty, M.S., dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, menyampaikan orasi berjudul "Fitokimia dan Bioaktivitas Tumbuhan Cryptocarya (Medang) Indonesia".

BANDUNG, itb.ac.id – Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (20/7/2024). Guru Besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof. Dr. Lia Dewi Julianty, M.S., menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Fitokimia dan Bioaktivitas Tumbuhan Cryptocarya (Medang) Indonesia”.

Beliau menyampaikan mengenai keanekaragaman biodiversitas di Indonesia, khususnya tumbuhan, baik jumlah, distribusi, dan pemanfaatannya. Adapun genus Cryptocarya tergolong genus utama dalam Lauraceae. Ekstrak beberapa Cryptocarya menunjukkan beragam manfaat seperti antitumor, antikanker, antioksidan, antimutagen, antimikroba, antimalaria, dan antiinflamasi.

Di Indonesia, Cryptocarya dapat ditemukan di Papua, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kajian Cryptocarya di laboratorium bahan alam kimia ITB bahkan dilakukan sejak tahun 1950. Kajian pada tumbuhan Cryptocarya Indonesia menunjukkan bahwa kelompok metabolit sekunder utama pada genus ini sama dengan Cryptocarya luar Indonesia, yakni terdiri atas flavonoid, piron, dan alkaloid.

Dalam Cryptocarya terdapat senyawa Kriptobrakiton C (4) yang berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai senyawa penuntun (lead compound) untuk antikanker.

   

“Penelitian terkait sintesis senyawa-senyawa fitofarmaka perlu didukung baik dari segi pendanaan maupun kelengkapan infrastruktur yang memadai. Untuk mempercepat temuan metabolit sekunder baru tumbuhan tropis Indonesia, langkah-langkah strategis yang layak dilakukan adalah membuka kerja sama dengan para ahli terkait seperti ahli botani, kimiawan, biologiawan, farmakolog, dan virolog,” ujarnya.

“Penelitian fitokimia dan bioaktivitas metabolit sekunder dari tumbuhan harus melibatkan pemangku kepentingan, industri, pemerintah, dan masyarakat sehingga Indonesia bukan hanya menjadi sumber bahan baku tapi juga sebagai pusat penghasil produk fitofarmaka yang berpengaruh secara global,” tuturnya.

Reporter: Devi Berliana Pratiwi (Sains dan Teknologi Farmasi, 2021)


scan for download