PPTIK Mengangkat Isu Rural dalam Konferensi Internasional

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bandung, itb.ac.id - Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) ITB menyelenggarakan Konferensi Internasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Rural (rural-ICT) di Aula Barat dan Aula Timur ITB pada 6 dan 7 Agustus 2007. Ini merupakan yang pertama kalinya di dunia diselenggarakan konferensi ilmiah bertemakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang fokus pada komunitas dan wilayah rural dan terpencil. Konferensi yang dibuka oleh Wakil Rektor Senior bidang Sumber Daya, Prof. Carmadi Machub mewakili Rektor ITB yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya Prof. Carmadi menunjukkan dukungan penuh ITB terhadap visi TIK untuk wilayah dan komunitas rural yang hendak diusung PPTIK. Bagi Prof. Carmadi, utamanya ini akan sangat penting dalam membangun Indonesia yang masih memiliki wilayah dan komunitas rural yang luas. Bersamaan dengan rangkaian pembukaan, juga diresmikan "Campus Channel" yang merupakan kolaborasi organisasi-organisasi kemahasiswaan ITB yang hendak membangun TV dan Radio komunitas ITB yang berbasiskan teknologi digital melalui protokol internet (IP, internet protocol). Organisasi yang masuk dalam kolaborasi ini adalah Kantor Berita ITB, Departemen Komunikasi dan Informasi Kabinet KM, Ganesha TV, Radio Kampus, Amateur Radio Club, dan Liga Film Mahasiswa. Konferensi internasional dua hari ini menghadirkan 66 makalah ilmiah dalam 18 sesi pararel yang mencakup sub-tema studi kebijakan, e-health, VoIP, teknologi nirkabel, teknologi frekuensi-radio, aplikasi rural, hingga e-learning. Selain itu pada hari kedua terdapat tiga pidato kunci oleh Ir. Luchy H. Korah, MSi, Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur, Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, Dirjen Pos dan Telekomunikasi, Departemen Komunikasi dan Informasi; Dr. Ir. Budi Darmadi, MSc, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telekomunikasi, Departemen Perindustrian; serta Prof. Dr. Bambang Brodjonegoro, Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Di sela-sela pembicara kunci, terdapat diskusi bersama yang mengangkat tiga tema utama, ekosistem untuk pengentasan kesenjangan digital, studi kebijakan fasilitas industri perangkat lunak dan konten, serta visi indonesia 2030 dalam bidang TIK. Termasuk dalam rangkaian konferensi adalah pameran "Digital Culture" yang dihadiri oleh perusahaan besar seperti, Microsoft, Bakrie Telecom, serta Fren Mobile 8. Pararel dengan pemaparan makalah ilmiah, juga dilaksanakan lokakarya yang mengangkat tema-tema teknologi digital. Diantaranya adalah lokakarya "thumbdigital"; yaitu lokakarya mengenai produksi multimedia menggunakan telepon genggam. Yang unik dalam konferensi ini adalah konten seni dan nuansa etniknya yang sangat kental. Para undangan khusus disambut dengan Janger -lengkap dengan tarian dan musik tradisional- serta serangkaian upacara pembukaan konferensi yang sangat bernuansa budaya Sunda. Hadirin, peserta konferensi, peserta pameran, serta pengunjung pameran yang memenuhi Aula Barat ITB tampak terpukau dengan pembukaan yang unik ini. "Baru kali ini saya mengikuti sebuah konferensi ilmiah yang sangat memperhatikan nuansa seni dan menampilkan banyak konten tradisional," tutur seorang peneliti yang menjadi peserta konferensi. Konten seni dan nuansa tradisional sangat terasa pada workshop pembuatan wayang serta pagelaran wayang golek oleh Dadan Sunandar Sunarya yang juga diselenggarakan dalam kerangka konferensi. Armein Z.R. Langi, Kepala PPTIK sekaligus ketua umum konferensi ini mengakui bahwa besarnya konten seni dan budaya dalam konferensi ini memang disengaja. "Kita mau membuat konten yang tradisional dan etnik itu justru menjadi tuan rumah," tuturnya, "Inilah kenapa memang kami mengangkat tema 'Digital Culture' dalam rangkaian konferensi."