ENDINAMOSIS 2019, Konferensi Internasional tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Pedesaan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Prof. Stephen Cairns selaku Programme Director of the Future Cities Laboratory, ETH Zurich, Singapore saat menjadi keynote speech di acara Endinamosis 2019. (Foto: Dok. Panitia)


BANDUNG, itb.ac.id — Lembaga Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) ITB berkolaborasi dengan Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (PERTIDES) dan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia sukses menyelenggarakan konferensi internasional “ENDINAMOSIS 2019: The 3rd International Conference on Rural Development and Community Empowerment” pada Sabtu (2/11/2019) di Auditorium CRCS ITB. Konferensi ini mengangkat “Empowering Rural Areas in the Industry 4.0 Era” sebagai tema utamanya.

Endinamosis 2019 merupakan konferensi internasional ketiga setelah dilaksanakan acara serupa pada tahun 2015 dan 2017. Endinamosis 2019 memiliki tujuan untuk mengadakan forum antara para pemimpin dan kalangan ahli dari dunia akademik maupun bisnis untuk bertukar pikiran dalam memecahkan berbagai isu dan tantangan terkini yang dihadapi oleh pelajar, akademisi, maupun praktisi yang berkecimpung pada lingkup pengembangan desa.

Sebelum mengikuti konferensi internasional, peserta mengumpulkan abstrak yang berisikan hasil penelitian sesuai dengan tema acara. Total abstrak paper yang terkumpul pada tahap awal adalah 114. Lalu, dilakukan proses seleksi sehingga terdapat 80 paper yang berkesempatan untuk presentasi pada pelaksanaan konferensi. Peserta Endinamosis 2019 berasal dari berbagai negara yakni Indonesia, Cina, Thailand, Korea, Malaysia, Australia, dan Jepang. Hal tersebut menunjukkan bahwa acara ini mendapat respon yang sangat baik dari berbagai pihak. Berbeda dengan acara pada tahun-tahun sebelumya, terdapat mata acara baru dalam rangkaian Endinamosis 2019, yaitu dilaksanakannya field trip ke Ciwidey sebagai desa yang sedang dikembangkan saat ini.

Konferensi diawali dengan pidato sambutan oleh Dr. Delik Hudalah sebagai ketua Endinamosis 2019 dan Prof. Dr. Eng. Khairurrijal sebagai ketua LPPM ITB. Dalam pidatonya, Dr. Delik Hudalah menjelaskan bahwa perkembangan teknologi yang semakin pesat setiap harinya diiringi dengan adanya rintangan-rintangan baru. Namun, perkembangan teknologi ini juga dapat dilihat sebagai kesempatan untuk menemukan berbagai cara yang inovatif dan efektif dalam pengembangan desa. “Maka, dipilihlah Empowering Rural Areas in the Industry 4.0 Era sebagai tema utama pada konferensi ini,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Eng. Khairurrijal menyampaikan sambutan terkait kondisi pembangunan di kota dan desa. “Pembangunan yang merata antara area kota dan desa merupakan hal yang penting ketika ingin mencapai pembangunan berkelanjutan. Sehingga, pendekatan baru harus selalu dikembangkan untuk menjawab tantangan tersebut,” ujarnya mewakili Rektor ITB.

Acara dilanjutkan dengan dua keynote speech yaitu pertama dipaparkan oleh  Dr. Anwar Sanusi sebagai Sekretaris Jenderal untuk Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Republik Indonesia. Sementara, keynote speech kedua disampaikan oleh Prof. Stephen Cairns sebagai Programme Director of the Future Cities Laboratory, ETH Zurich, Singapore. 

Setelah itu, peserta diberi waktu istirahat dan kemudian dilanjutkan dengan sesi paralel. Pada sesi paralel, peserta dibagi dalam beberapa ruangan dan acara dimoderatori oleh pembicara tamu yang diundang. Pembagian ruangan didasari atas topik karya tulis peserta yang lolos pengujian. Terdapat tiga topik utama, yaitu applied technology, social-economy, dan cultural preservation and institutional development. Ketiga topik utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-topik, sehingga sesi paralel dilaksanakan dalam tujuh ruangan terpisah. Pembicara tamu yang hadir meliputi Prof. Sukree Langputerh (Fathony University, Thailand), Dr. Li Zhang (Tongji University, China), Prof. Kaji (Meiji Gakuin University, Japan), Prof. Lee Inhee (Pusan National University, Korea), Prof. Budi Sulistianto (Bandung Institute of Technology, Indonesia), dr. Astrid Kartika (Australian Embassy, Indonesia), Dr. Eng. Bonivasius Prasetya Ichtiarto (Ministry of Rural Development of Disadvantaged Regions and Transmigration, Indonesia), Prof. Noor Azan Mat Zin (Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia).

Pada keynote speech pertama, Dr. Anwar Sanusi membahas mengenai masalah yang ada di area perdesaan dalam era Industri 4.0. Masalah yang disinggung adalah masalah konektivitas, bisnis pertanian, dan masalah sumber daya manusia yang tingkat pendidikannya jauh lebih rendah dibandingkan tingkat pendidikan pada daerah perkotaan. Sebagai upaya untuk menangani berbagai masalah mendasar ini, disampaikan pula beberapa konsep pendekatan, seperti program akademi desa 4.0, wisata desa, program inovasi desa, bursa inovasi desa, implementasi smart farming, dan implementasi husbandry.

Pada keynote speech kedua, Prof. Stephen Cairns memaparkan mengenai perbedaan daerah perkotaan dan perdesaan, yaitu dari sisi kepadatan penduduk, ekonomi, dan produktivitas pertaniannya. Selain itu, dibahas secara khusus mengenai kondisi wilayah kota dan desa di Asia yang ternyata saling berhubungan satu sama lain. Juga disampaikan data-data mengenai kondisi wilayah perkotaan dan perdesaan di kota Zurich dan Jawa Barat. Terakhir, Prof. Stephen Cairns memaparkan tentang proyek expandable house yang sedang diterapkan di Batam, Indonesia. Proyek ini dilakukan untuk menjawab tantangan pertambahan populasi terkait jumlah perumahan yang tersedia.

Dari konferensi yang telah dilaksanakan, lembaga P2D akan menerbitkan prosiding (proceeding). Untuk tahun ini, lembaga P2D juga bekerjasama dengan 5 pihak jurnal, diantaranya adalah Journal of Engineering and Technological Sciences (JETS), Journal of Mathematical and Fundamental Sciences, dan Jurnal Sosioteknologi untuk menerbitkan beberapa hasil penelitian yang dinilai berkualitas.

“Semoga sharing knowledge dapat terjadi di conference ini, karena jarang ada momen dimana orang-orang dengan interest yang sama berkumpul dan berdiskusi seperti ini,” ungkap Maryam Al Lubbu, S.T,M.Si sebagai Sekretaris dari P2D ITB. Ia juga berharap bahwa acara Endinamosis dapat dilaksanakan kembali pada dua tahun yang akan datang.

Reporter: Rizana Salsabila (FTI, 2018)