Prof. Dr. Awali Priyono : Teknologi Seismik untuk Energi Indonesia
Oleh Nida Nurul Huda
Editor Nida Nurul Huda
Berawal dari tahun 1920-an setelah ditemukan seismograf, seismologi mulai berkembang. Seismologi merupakan ilmu kebumian yang mempelajari efek getaran yang menghasilkan gelombang yang menjalar dalam bumi lalu terdapat alat penerima yang bertugas merekam gelombang tersebut. Hasil rekaman yang didapat kemudian diolah untuk mendapatkan informasi mengenai struktur, jenis, dan sifat fisika dalam batuan.
Peran metode seismik dalam eksplorisasi migas yaitu memberikan gambaran yang jelas permukaan bawah bumi. Hasil pengolahan data tersebut berguna untuk mengenali adanya komponen petroleum system yang merupakan petunjuk ada tidaknya jebakan migas di suatu daerah.
Gelombang Seismik sebagai Alat Karakterisasi Reservoir
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya metode seismik pada awalnya hanya digunakan untuk mengetahui jebakan migas. Kenyataannya tidak hanya itu, metode seismik juga dapat digunakan untuk analisa stratigafi juga estimasi jenis dan sifat fisika batuan.
Dalam batuan reservoir, penjalaran gelombang seismik yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh faktor pemampatan dan peregangan dalam partikel-partikel medium berpori, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya aliran fulida dalam pori batuan.
Peran Teknologi Seismik di Masa Mendatang
Dengan semakin menipisnya cadangan energi di Indonesia, teknologi seismik berpotensi untuk berperan penting di masa mendatang. Dari sudut pandang geologi, diperlukan inovasi baru dalam teknologi seismik untuk memberikan citra bawah permukaan yang lebih baik dengan resolusi yang tinggi. Dalam karakterisasi reservoir, metode seismik akan banyak berperan untuk memahami struktur reservoir yang menyangkut rekahan, porositas, permeabilitas, dan kandungan fluida.
Mengingat eksplorisasi sampai saat ini masih fokus di darat dan laut dangkal, ke depannya eksplorisasi akan menuju ke daerah laut dalam. Hingga saat ini eksplorasi laut dalam tidak banyak dikembangkan karena jika terjadi kegagalan dalam pengeboran maka eksekutor harus menanggung resiko biaya yang tinggi. Untuk itu, diperlukan inovasi baru dalam akuisi, pengolahan, dan analisis data dalam metode seismik.
Sejalan dengan menipisnya cadangan minyak bumi dan gas (migas), penelitan dalam bidang seismik akan berorientasi untuk menemukan dan mengembangkan jenis energi nonkonvesional. Diantaranya, Coal Bed Methane (CBM), shale gas, gas hidrat, panas bumi, dan sebagainya. Menurut data, Indonesia memiliki kurang lebih 453,3 TCF cadangan CBM yang tersebar di 11 cekungan Indonesia, dan cadangan shale gas sekitar 574 TCF yang tersebar di 7 cekungan Indonesia. Satu lagi, keberadaan eksplorasi dan eksploitasi tak pelak lepas dari masalah lingkungan, untuk itu sejak tahun 2012 Awali ikut terlibat dalam penelitian Pilot Project Carbon Sequetration. Penelitian ini merupakan kerjasama antara ITB, Pertamina, dan Kyoto University. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari temapat penyimpana gas CO2 yang aman menggunakan metode geofisika dan seismik.
Tidak diragukan lagi, metode seismik telah membantu dalam menentukan titik pemboran dan eksplorisasi migas. Walaupun jebakan structural makin sulit ditemukan, metode seismik akan lebih berperan dalam bentuk pemetaan stratigrafis, fracture reservoir, dan bentuk-bentuk lainnya di Indonesia.
sumber foto: LPM