Prof. Eddy Agus Basuki Sampaikan Orasi Ilmiah tentang Pengembangan Paduan Logam Berperforma Tinggi
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandug menyelenggarakan orasi ilmiah pada Sabtu, 20 Maret 2021 secara virtual. Orasi ilmiah ini salah satunya dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Agus Basuki, M.Sc., dari kelompok keahlian Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB yang mengangkat tema “Pengembangan Panduan Logam Berperforma Tinggi dan Upaya Inisial Produksinya di Dalam Negeri”.
Paparan dari Prof. Eddy Agus Basuki diawali dengan pembahasan masalah peningkatan jumlah penduduk dunia dari tahun ke tahun yang sampai saat ini hampir menyentuh angka 8 miliar. Oleh karena itu berdampak pada peningkatan kebutuhan dasar manusia yang salah satunya adalah kebutuhan material. Kebutuhan material yang paling banyak digunakan adalah material yang ditambang baik dalam bentuk langsung maupun olahan berupa logam yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai hasil olahan tambang yang dipadu oleh kelompok keahlian metalurgi.
Produksi Logam
Rantai produksi pemenuhan kebutuhan logam terdiri dari berbagai proses yang cukup panjang. Menurut Prof. Eddy, lingkup metalurgi tersendiri ada di tahap mineral processing, metals extraction and refining, dan dilanjutkan dengan semi fabricated parts manufacture. Namun sayangnya, logam merupakan non-renewable material.
Untuk itu, lulusan The University of New South Wales ini menekankan perlunya konsep konservasi dan lingkungan berupa umur pakai logam yang panjang berupa performa yang tinggi (high performance alloys), penghematan energi terutama energi fosil dan penurunan emisi CO2.
Berkaitan dengan hal tersebut, sasaran penelitian Prof. Eddy di ITB adalah mencari upaya paduan logam untuk pembangkit listrik dan daya agar tahan temperatur yang semakin tinggi dan upaya untuk mendapatkan coating-nya. Dalam presentasi penelitiannya, Prof. Eddy Agus Basuki menyampaikan bahwa efisiensi mesin pembangkit dapat meningkat dengan temperatur operasi yang semakin tinggi. Oleh sebab itu tuntutan yang muncul adalah bagaimana dapat menyediakan material/paduan logam yang semakin handal yaitu paduan logam yang berperforma tinggi.
Ke depannya, lanjut Prof. Eddy, akan ada pergeseran dari paduan logam konvensional menjadi penggunaan paduan logam berbasis baja performa tinggi atau ke paduan nikel. Nikel terbukti sebagai paduan yang sangat handal di operasi yang temperaturnya sangat tinggi misalnya pada di mesin pesawat terbang di bagian turbinnya. Hal ini dikarenakan nikel dapat dioperasikan pada temperatur yang dekat dengan titik lelehnya dan tekanan tinggi. Selain itu sasaran penelitian ini adalah paduan logam dengan rasio kekuatan dan densitas yang semakin tinggi untuk pemanfaatan di bidang transportasi seperti otomotif.
Hasil Penelitian
Paduan logam berperfoma tinggi mengandalkan logam dasar Fe dan Ni dengan unsur pemadu: Cr, Al, Si, Mn, Ti, V, Nb, Mo, C, Y, dan Zr. Cr cukup kecil potensinya di Indonesia sehingga bidang metalurgi sendiri mengusahakan untuk mengganti Cr dengan Al karena lebih efektif.
Arah penggembangan penelitian tersebut menggunakan konsep M-3 yaitu: multi phase, multi scale (nano precipitates), dan metastable (martensite, bainite). Pada prosesnya, penelitian ini memanfaatkan produksi tambang dari PT Antam dan PT Inalum untuk mengembangkan Fe-Ni based superalloys, ferritic dan austenitic alumina forming steels. Selain itu bekerja sama dengan BATAN berupa pengembangan oxide dispersion strengthened (ODS) steels.
Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil positif. “Indikasi yang diperoleh baik dari pengujian isotermal maupun siklik menunjukkan hasil yang sangat baik, di mana kecepatan pembentukan keraknya relatif konstan atau datar terhadap waktu, awalnya cepat tapi kemudian datar, menunjukkan sifatnya sangat protektif. Sementara itu ditunjukkan bahwa baik secara siklik properties-nya masih sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa aluminium dan kromium dapat bekerja sama secara sinergik menghasilkan lapisan dua yang protektif terhadap paduan logam yang sudah dibuat,” ujar beliau.
Disampaikan Prof. Eddy, beliau tidak ingin penelitiannya berhenti di skala laboratorium. Sehingga dilakukan penyesuaian dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Dalam RIPIN disebutkan bahwa di tahun 2035 Indonesia harus menjadi negara industri tangguh termasuk di dalamnya mampu untuk memproduksi komponen dan peralatan bernilai tambah tinggi dan material yang digunakan untuk industri hilir sebagai pertanian, pangan, pembangkit energi kesehatan, obat-obatan, informasi, komunikasi, pertahanan, keamanan, transportasi, dan kemaritiman. Namun yang menjadi kendala adalah belum adanya produksi advanced materials seperti baja khusus dan superalloys. Padahal paduan logam tersebut memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan tren kebutuhannya mulai meningkat.
“Kami dalam prodi metalurgi dan kawan di industri mencoba konsep integrasi holistik hulu-hilir paduan logam di mana industri nasional dianalisis peralatan yang diperlukan, komponen yang dibutuhkan, dan dari komponen tersebut paduan logam apa yang penting untuk digunakan, dan logam apa yang terpaksa masih diimpor misalnya ultra high strength steels dan superalloys,” jelas Prof. Eddy Agus Basuki.
Ia menekankan perlu dibangun fasilitas yang menjembatani hasil laboratorium dengan industri berupa progam teaching industry dan sudah dimulai usulan pembentukannya sejak 2017. Fasilitas ini diharapkan dapat mempengaruhi produksi berbagai paduan logam kualitas tinggi untuk kebutuhan dalam negeri dan kemungkinan ekspor.
Profil Singkat
Prof. Eddy telah melakukan penelitian lebih dari sepuluh tahun bersama mahasiswa dan bekerja sama dengan lembaga penelitian, terutama BATAN dan LIPI, dalam bidang paduan logam berperforma tinggi dan coating, terutama untuk pemakaian temperatur tinggi dan penghematan energi.
Profesor yang hobinya berjalan kaki dan berkebun ini telah mempublikasikan 68 makalah dalam bentuk jurnal baik skala internasional maupun nasional serta menerbitkan 1 buah buku referensi. Lewat berbagai karya yang diciptakannya, Prof. Eddy berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi termasuk penghargaan Karya Satya oleh Presiden Republik Indonesia dan penghargaan dari Rektor ITB.
Repoter : Anastasia Meliana (Sains dan Teknologi Farmasi, 2019)