Prospek Cerah Bisnis Energi Terbarukan di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Sekolah Bisnis dan Managemen ITB berkerja sama dengan Shell Indonesia mengadakan webinar dengan tema “Wirausaha Muda sebagai Agen Perubahan di Industri Energi Indonesia” pada Kamis, 6 Agustus 2020 lalu. Tujuan diselenggarakannya webinar ini adalah untuk menjadi wadah diskusi yang inspiratif bagi generasi muda Indonesia. Webinar ini dipandu oleh Ingrid Siburian selaku VP Network Shell Indonesia dan Yulianto Suharto selaku Director of Innovation & Entrepreneurship CIEL SBM ITB.

Indonesia berpotensi untuk mengembangkan energi surya karena selalu disinari oleh matahari sepanjang tahun. Namun, banyak pula tantangan untuk memanfaatkan energi ini, seperti memerlukan lahan yang cukup luas, kapasitas sumber daya manusia dan teknologi yang masih perlu ditingkatkan, biaya yang besar, dan kebijakan pemerintah yang kurang menarik untuk memulai binsis di bidang energi.

Eka Satria selaku CEO Medco Power Indonesia, menjelaskan, pentingnya energi bagi masyarakat modern. Oleh sebab itu, permintaan energi pasti meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini, masyarakat sedang berada dalam masa transisi energi dari minyak dan gas menjadi listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan. Pengembangan teknologi membuat harga listrik yang dihasilkan dari matahari dan angin mengalami penurunan sejak sembilan tahun terakhir.

“Teknologi itu memainkan peranan yang sangat penting, terutama untuk menurunkan cost penggerak energi di masa depan,” katanya.
Namun, pemanfaatan energi terbarukan masih terkendala dengan adanya manusia yang memiliki preferensi sumber daya energi murah jangka pendek tanpa melihat dampak jangka panjang dari penggunaan sumber daya energi tersebut.

Selain perlu dikembangkan, energi terbarukan juga harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia karena merupakan hak kekayaan seluruh bangsa Indonesia. Untuk itu, energi terbarukan perlu digarap dengan pendekatan social-business, yaitu bisnis yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia dengan tetap mendapatkan keuntungan.

“Jadi, intinya di dalam kita berbisnis itu sebetulnya yang paling penting adalah manusianya. People driven development. Bagaimana manusia itu kita dekati? Tentunya ini hanya bisa didekati dengan anak-anak muda yang memang betul-betul ingin merubah wajah Indonesia ini,” ungkap Tri Mumpuni selaku Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).

Melengkapi pemaparan sebelumnya, Saleh Abdurrahman selaku Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengungkapkan, bahwa pengembangan energi terbarukan merupakan program prioritas dalam mendukung ketahanan energi dan memperkuat ekonomi daerah. Peluang pengembangan energi ini sangat terbuka pada seluruh value chain dari hulu hingga hilir.

Ia menerangkan, tren industri energi yang semakin menguat pascapandemi COVID-19 adalah perubahan energi terbarukan dari skala besar menjadi skala kecil dan juga dari cost center menjadi profit center. Hal ini dapat terlihat dari pemanfaatan biomasa menjadi listrik.

Pembangkit listrik tenaga biomasa ini menggunakan bonggol jagung yang biasanya hanya dibuang atau digunakan secara tidak efesien dan ekonomis. Dengan memanfaatkan bonggol jagung tersebut sebagai bahan untuk energi, maka pertumbuhan ekonomi di daerah akan meningkat. Selain itu, pemerintah juga sedang meneliti generasi kedua bioetanol agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.

“Kemudian tidak kalah penting adalah perlunya penguatan kerja sama pemerintah, industri, pengembang, dan perguruan tinggi, dalam pengembangan ide-ide baru untuk optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan,” tambahnya.

Reporter: Michael Widjaja (Teknik Pertambangan, 2016)