PSTK ITB Angkat Musik Gamelan dengan Festival Gamelan Internasional

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor Amelia Rahma Faustina

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangkaian acara untuk memperingati 40 tahun berdirinya Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan (PSTK) ITB, telah diselenggarakan Festival Gamelan Jawa Internasional pada Sabtu - Minggu (11-12/06/11). Selain grup dari dalam negeri, turut berpartisipasi pula grup gamelan dari luar negeri, diantaranya Universitas Petronas Malaysia dan kelompok pecinta gamelan Singapura bernama Asmaradhana dalam festival yang pertama kali diadakan tersebut.

Sembilan grup gamelan yang berasal dari Singapura, Malaysia, Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Bandung menunjukkan kebolehannya bermain gendhing tradisional dan kontemporer yang berhasil memukau pengunjung pada pagi hingga sore hari. Dalam waktu maksimal satu jam per peserta, masing-masing grup menampilkan kreativitas dan musikalitas yang berbeda-beda. Grup Seta Kresna Wirama Universitas Indonesia yang memadukan gamelan dengan biola, Grup Laras Udan Asih yang juga berasal dari Universitas Indonesia menyajikan alunan lagu yang berasal dari Sabang hingga Merauke dalam penampilannya, dan Grup Asmaradhana dari Singapura yang menghentak panggung dengan campuran musik gamelan dan musik rock.

"Dalam festival ini peserta memang sengaja diharuskan untuk memainkan dua jenis gendhing, hal ini dimaksudkan untuk terus mengingatkan generasi muda akan pakem yang ada dengan memainkan gendhing tradisional sekaligus merangsang kreativitas mengembangkan musik gamelan itu sendiri dengan keberadaan gendhing kontemporer," ujar Rizky Rahmayanti (Arsitektur 2008) selaku ketua acara festival.

Dewan juri yang hadir pada acara tersebut berasal dari seniman dan akademisi karawitan, yaitu Yusuf Oeblet, Saryoto, dan Kriswanto. Dalam penjelasan singkatnya sebelum mengumumkan pemenang, Saryoto mengatakan bahwa 2/3 dari seni pertunjukan di dunia adalah berasal dari Indonesia dan acara seperti festival ini adalah salah satu upaya generasi muda untuk terus berusaha melestarikan seni pertunjukan Indonesia yang kaya dan patut diapresiasi dengan sebaik-baiknya.

Untuk kategori permainan gendhing tradisional, penampil terbaik diraih oleh grup asal Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sedangkan penyaji terbaik kategori kontemporer disandang oleh Grup Laras Udan Asih dari Universitas Indonesia, dan penampil favorit pada festival kali itu diraih oleh Grup Asmaradhana Singapura.

"Penampil favorit saya yaitu Asmaradhana Singapura karena menurut saya penampilan mereka asik dan keren. Campuran antara musik tradisional dan modern mereka enak didengar," ujar Baridah (Alumni Desain Interior 2006) yang saat itu hadir menyaksikan festival gamelan.

Kecintaan yang Berbuah Kreasi

Salah satu peserta asal Singapura, Amran mengatakan bahwa perasaannya sangat terharu atas apresiasi yang ia peroleh  dan mengucapkan terimakasih untuk dapat diterima oleh  masyarakat Bandung. Ia pun mengatakan bahwa grupnya terbentuk atas dasar kecintaan anggotanya terhadap seni karawitan Jawa. Kecintaan Amran berawal dari perjalanan pelesirnya ke Indonesia dan mendengar musik gamelan untuk pertama kali, kemudian mendorongnya untuk membuat grup gamelan.

Saat ini, setelah genap sepuluh tahun grup tersebut berdiri, grup yang pada awalnya hanya berlatih gamelan Jawa itu pun sudah berkembang mempelajari gamelan Bali dan gamelan eksperimental/fusion yang memadukan musik gamelan tradisional dengan musik kontemporer seperti rock. Grup ini juga telah berhasil membuat dua buah album berisi permainan gamelan mereka yaitu satu album berisi permainan gendhing tradisional, dan yang lainnya merupakan gendhing kontemporer yang mereka kreasikan sendiri.[ed]

Sumber foto: dokumentasi PSTK ITB