Ragam Tarian Sunda Ditampilkan dalam Pagelaran Niskala Parahyangan 2019
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Lingkung Seni Sunda (LSS), salah satu unit kesenian mahasiswa Institut Teknologi Bandung, sukses menggelar Pagelaran Niskala Parahyangan di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No. 10, Sabtu, 27 Mei 2019. Berbeda dari tahun sebelumnya, pagelaran ini menunjukkan beragam kesenian hasil cipta kreasi mahasiswa ITB yang bernaung dalam organisasi LSS.
Pada acara tersebut juga dihadiri langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi DEA., yang berkesempatan untuk memberikan sambutan di awal acara. Niskala Parahyangan dibuka oleh pertunjukkan wayang golek yang sangat menghibur para pengunjung yang datang, dilanjutkan dengan upacara adat bubuka yang menandakan acara tersebut resmi dimulai.
Dilanjutkan dengan pertunjukkan kesenian kapsulwih (kecapi, suling, dan kawih) yang meneduhkan suasana Niskala Parahyangan, disusul dengan tari Darmayu, tarian kreasi hasil perpaduan antara tarian Jawa, Bali, dan Sunda. Flow suasana mulai meriah dengan kehadiran kesenian Rampak Kendang yang menghibur seluruh penonton Niskala Parahyangan dan ditutup dengan upacara Tututup yang ditampilkan secara megah.
Niskala memiliki arti abstrak, tidak berbeda, mujarad dan tidak berwujud sedangkan Parahyangan terdiri dari gabungan kata pa-ra-hyang-an. Awalan pa- dan akhiran -an dalam bahasa Sunda merujuk pada nama tempat. Perwujudan Parahyangan pada pagelaran ini adalah perwujudan budaya sebagai wujud fisik, yaitu kesenian Sunda LSS ITB. Sehingga Niskala Parahyangan diartikan sebagai rasa memiliki dan memelihara terhadap budaya Sunda.
Diwawancara Reporter Kantor Berita ITB, Reyhan selaku ketua penyelenggara acara mengatakan, nama pagelaran ini sesuai dengan tema yang diangkat yaitu kehidupan pedesaan masyarakat Sunda, yang digambarkan sebagai kehidupan yang sederhana namun penuh dengan warna dan keceriaan.
Menurut mahasiswa prodi Matematika 2017 ini, Niskala Parahyangan mengajarkan bahwa segala sesuatu atau perjuangan tidak akan ada yang berakhir dengan sia-sia. Begitupun dengan budaya Sunda yang harus diperjuangkan dan dilestarikan oleh generasi muda saat ini.
“Saya senang, saya bangga, saya terharu melihat semuanya berjuang dan memberikan yang terbaik demi menyukseskan acara ini sampai sampai setiap guluyur keseniannya membuat saya merinding bukan hanya karena mereka keren tapi juga karena saya tahu perjuangan di balik guluyur tersebut. Semoga acara seperti ini tetap ada dan akan lebih baik lagi kedepannya,” ujar Reyhan.
Sementara bagi Jean Calsey, ia merasakan pengalaman berbeda saat ikut terlibat dalam acara tersebut. Ia merasa terkesan dengan budaya Sunda yang di dalamnya ternyata banyak hal baru dan unik yang baru diketahuinya. “Ternyata setelah aku jalani budaya Sunda menarik banget lengkap dengan tarian, kostum, dan lagunya yang disiapin (untuk acara ini) juga bagus banget. Menambah kesan aku sama budaya Sunda dan aku tak nyesel jadi salah satu bagian di sini,” ujar mahasiswi SBM tersebut.
Reporter: Diah Rachmawati (Teknik Industri 2016)