Kerja Keras Dibalik Kemeriahan Apresiasi Akbar Wisuda Oktober 2015

Oleh Bayu Septyo

Editor Bayu Septyo

Momen apresiasi di bulan Oktober memang sulit dilupakan oleh kaum muda Ganesha. Begitu banyak kebahagiaan yang memenuhi sudut-sudut kampus ini tatkala seisinya harus melepas keberangkatan para sarjana ke dunia profesionalnya. Salah satu kebahagiaan terbesar itu diciptakan oleh berbagai mahasiswa dari beragam tingkat dan jurusan yang tergabung dalam kepanitiaan terpusat Wisuda Oktober 2015. Berkat kerja kerasnya, memori apresiasi Oktober yang tercipta bisa dikenang kembali untuk mengawali keceriaan November ini.

Waktu Singkat Bukan Masalah

Layaknya foto menemui bingkainya, kepanitiaan wisuda kali ini juga menunjuk tuannya yang berasal dari Program Studi Arsitektur 2013, Dimas Manggala. "Jadi kan Kabinet membuka Oprec, aku mulai daftar dan wawancara massa kampus serta wisudawan selama seminggu yang dilanjutkan dengan Fit and Proper Test (FPT)," ujar mahasiswa yang akrab dipanggil 'Degal' tersebut ketika ditemui di ruang sekretariat panitia pada Kamis (26/10/15). Setelah mengeliminasi tiga calon lainnya yang terhimpun dari proses Open Recruitment Kabinet KM-ITB, Degal lantas membentuk tim dan lekas menyusun dasar-dasar dari apa yang ia rancang untuk kegiatan apresiasi wisuda oktober ini. Berbekal pengalamannya sebagai Kepala Bidang Hubungan Himpunan dalam kepanitiaan Wisuda Agustus, ia dihadapkan tantangan waktu persiapan yang hanya tersisa satu bulan saja, jauh lebih singkat dibandingkan pengalamannya sebelumnya. "Kalau kataku sih, super mepet banget, waktu Agustus tuh tiga bulan masih bisa nonton, ketemu keluarga dan nongkrong-nongkrong. Disatu sisi proker banyak, disisi lain akademik juga lagi padat. Kalau ditanya seperti itu, aku jawabnya (persiapan, -red) kurang oke," cerita Degal santai.

Ada empat mata acara utama yang dirancang Degal dan tim sebagai persembahan massa kampus kepada segenap wisudawan-wisudawati diantaranya Lomba Film Pendek, Pre-Event TPB, Malam Syukuran Wisuda (Syukwis) Terpusat, dan Parade Wisuda Oktober 2015. Berbeda dengan Lomba Film Pendek dan Pre-Event TPB yang menuai keceriaan untuk menginisiasi pensuasanaan wisuda, Malam Syukwis Terpusat justru mengundang banyak tanya bagi wisudawan dan wisudawati. "Kalau tujuannya mengapresiasi, apakah kegiatan wisnight yang diadakan tiap himpunan dirasa kurang?," ucap Degal ketika menirukan pertanyaan yang muncul dari himpunan-himpunan bersangkutan. Ia mengakui bahwa tiap-tiap himpunan memiliki kemandirian dalam menyusun acara serupa ditambah lagi keadaan ruangan yang mumpuni dalam menampung seluruh wisudawan-wisudawati memang menyulitkan. Terlepas dari itu, semangat Degal dalam menghadirkan kebersamaan antar sesama lulusan dari berbagai jurusan ITB akhirnya mampu direalisasikan.


Parade Wisuda Oktober, Uji Keserasian Himpunan

Untuk Parade Wisuda Oktober 2015 yang digelar pada hari wisuda berlangsung, Degal menemui kesulitan yang tidak terlalu berbeda. Parade Wisuda Oktober memiliki anak acara yang begitu banyak diantaranya Performance TPB, Performance Himpunan, Prosesi Himpunan, dan Arak-arakan. Kesibukan masing-masing himpunan dan kehendak serta preferensi yang berbeda-beda antar himpunan, mengharuskan staf Hubungan Himpunan kepanitiaan kali untuk kerja keras ini dalam menghimpun berbagai hal persiapan yang dibutuhkan nantinya dalam hari-H. Misalnya, file audio untuk performance tiap himpunan, "Bahkan ada yang ngumpulin audio jauh dari deadline pengumpulan, H-1 hari wisuda," ungkap Degal.

Padahal ditetapkannya batas pengumpulan untuk memudahkan semua pihak dalam memastikan kelancaran pada hari-H. Namun demikian, Degal dan tim berhasil dengan upaya kerasnya menghadapi hal tersebut dan berbagai kesulitan lainnya serta memastikan kelancaran pada hari H. "Mungkin impact dari keterlambatan semacam itu bukan kepada jadwal dan kinerja panitia ya, namun pada kekhawatiran kami selama menjalankan seluruh mata acara. Layaknya Ibu yang khawatir pada anak-anaknya, ingin semuanya lancar," tukas Degal.

Pra-Event TPB, Inovasi dalam Budaya

Pada dasarnya, bentuk-bentuk kegiatan apresiasi dalam kepanitiaan wisuda rutinan oleh Kabinet KM-ITB tidak jauh berbeda dan telah mejadi budaya. Namun, sifat membudaya ini tidaklah memupus sifat kritis Degal dalam merancang susunan kegiatan yang lebih baik. "Jadi, Perform TPB dalam Parade hari-H itu kan sudah ada. Namun, masalahnya ketika TPB Perform, para wisudawan belum sampai di lokasi, sehingga ketercapaian apresiasi dari TPB tidak terpenuhi," terang Degal. Belajar dari pengalamannya, mata acara Pre-Event TPB-lah yang digunakan untuk menutupi kekurangan ini. Dokumentasi performance dari sebelas fakultas dalam Pre-Event TPB yang dilakukan seminggu sebelumnya di lingkungan masyarakat kemudian ditampilkan dalam Malam Syukwis Terpusat.

Pesan Kepada Seluruh Himpunan

Berkenaan dengan tema keseluruhan acara, Degal yang mempelajari kegiatan sosial himpunan di lingkungan masyarakat mengetahui kurangnya hubungan harmonis antara masyarakat dan massa kampus. Didukung oleh kejaran dari Kabinet KM-ITB, Degal menyelaraskan kreativitasnya dengan itikad baik untuk menghadirkan keterikatan yang intim antara massa kampus dengan masyarakat melalui tema acara "Cerita Rakyat". Tema ini kemudian digunakan oleh performance puluhan himpunan dalam menerjemahkan apresiasi mereka secara rapi dan ringan agar lebih merakyat dan mengundang kebahagiaan bersama masyarakat. "Pertama, sebagai lanjutan upaya di wisuda sebelumnya agar masyarakat hadir dalam hari-H. Kedua, agar masyarakat kembali optimis menaruh harapan pada mahasiswa dan timbal baliknya dari para wisudawan-wisudawati agar lebih aware memiliki tanggung jawab esok hari bagi masyarakat nantinya," tutur Degal serius. Tidak lupa, Degal yang merasa berterima-kasih sebesar-besarnya kepada seluruh massa kampus dan himpunan mengingatkan kepada tiap himpunan untuk tetap kreatif dalam mengapresiasi para sarjananya, karena pada dasarnya kepanitiaan wisuda yang terpusat ini hanyalah hendak menciptakan kebersamaan dan keterpaduan antar himpunan & berbagai rangkaian acara akbar yang lebih baik bagi ITB.