Refleksi ITB di Tahun 2017

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT


Bandung, itb.ac.id - Tahun demi tahun telah berganti sampai dengan kita berada di awal tahun 2018. Segenap asa dan harapan di tahun baru 2018 ini dihembuskan dari segala penjuru dunia. Dunia yang akan bertransformasi seiring dengan pesatnya teknologi digital, pun tak ketinggalan dunia pendidikan dan industri. Tahun 2035 diprediksi akan tumbuh industri-industri baru dengan lapangan pekerjaan yang mungkin belum dapat dibayangkan saat ini. Untuk itu dibutuhkan peranan perguruan tinggi  mencetak dan mempersiapkan tenaga-tenaga ahli yang mampu mengikuti perkembangan industri di masa depan. 

Menuju peringatan satu abad perguruan tinggi teknik di Indonesia, ITB memiliki keinginan kuat untuk dapat mewujudkan pendidikan dan pengajaran berkualitas tingkat internasional, melakukan riset untuk menghasilkan produk-produk inovasi yang unggul, membawa perubahan dari World Class University menuju Entrepreneurial University. 

Untuk mencapai itu, tentunya membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah maupun dengan pihak industri yang akan mengaplikasikan hasil riset tersebut. Staf pengajar yang memiliki kompetensi unggul di bidangnya masing-masing dibutuhkan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berprestasi, unggul, namun mampu beradaptasi menghadapi perubahan industri di masa depan.


Peningkatan Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2017, ITB melakukan rekruitmen secara terbuka dan menerima 64 orang staf pengajar serta 100 orang tenaga kependidikan baru yang ditempatkan di beberapa Fakultas/Sekolah dan Unit Kerja. Sampai dengan awal tahun 2018, total staf pengajar di ITB sebanyak 1.360 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 1.444 orang.

Jumlah guru besar ITB juga telah bertambah menjadi 186 orang dengan hadirnya 9 Guru Besar baru, yaitu Prof. Dr. Jessie Sofia Pamudji, MS dari Sekolah Farmasi (SF), Prof. Dr. Ir. Rudi Hermawan Karsaman dan Prof. Dr. Ir. I Wayan Sengara, MSCE dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Prof. Dr. Hendra Grandis dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Prof. Dr. I Ketut Adnyana, M.Si, Apt dari SF, Prof. Suprijadi, M.Eng. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof. Pekik Argo Dahono dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Prof. Dwiwahju Sasongko, M.Sc., Ph.D. dari Fakultas Teknik Industri (FTI), dan Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH).


Peningkatan Bidang Pendidikan dan Penelitian

Saat ini ITB memiliki 12 Fakultas/Sekolah, 49 Program Studi Sarjana, 52 Program Magister, 26 Program Doktor dan 2 Program Profesi (Profesi Apoteker dan Program Profesi Insinyur). Berdasarkan Status Akreditasi Nasional (BAN-PT), Program Studi Sarjana di ITB 85,71% telah mendapatkan nilai akreditasi A (42), 8.16% terakreditasi B (4), dan 6.12% (3) belum terakreditasi. Program Studi Magister di ITB sebanyak 88,46% terakreditasi A (46), 7,69% terakreditasi B (4), 1,92% terakreditasi C (1), dan 1,92% (1) belum terakreditasi karena merupakan Program Studi baru. Sedangkan untuk Program Studi Doktor di ITB, semuanya telah terakreditasi dengan 96,15% terakreditasi A (25) dan 3,85% terakreditasi B (1). Di tingkat internasional, terdapat 28 Program Studi yang telah mendapatkan akreditasi internasional. Akreditasi internasional tersebut datang dari AUN-QA (Asia), ABET (USA), ASIIN (Jerman), JABEE (Jepang), RSC (UK) dan KAAB (Korea Selatan). 

Di tahun 2017, tercatat jumlah mahasiswa ITB untuk Program Sarjana (S1) sebanyak 16.008 orang, Program Magister (S2) sebanyak 6.300 orang, Program Doktor (S3) sebanyak 938 orang dan Program Profesi sebanyak 319 orang. ITB selama tahun 2017 juga telah mencetak lulusan sebanyak 5.937 orang dari tujuh kali Sidang Terbuka Wisuda di bulan April (1.559), Juli (1.868) dan Oktober 2017 (2.510). 

Riset yang didanai dari anggaran ITB di tahun 2017 naik hampir empat kali lipat menjadi 645 judul dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat hanya 163 judul. Sementara riset dalam negeri yang pendanaannya didapat dari dana hibah Kemenristekdikti tercatat sebanyak 355 judul, dari hibah institusi dalam negeri sebanyak 9 judul, sedangkan riset yang mendapatkan dana hibah dari institusi luar negeri sebanyak 45 judul, dan kemudian tercatat ada 46 judul riset hasil kerjasama. Sehingga total riset yang melibatkan staf pengajar ITB di tahun 2017 sebanyak 1.100 judul


Peringkat ITB di Mata Dunia

Meskipun pemeringkatan bukanlah tujuan utama, namun indikator yang didapat dari beberapa versi pemeringkatan dapat menjadi cermin untuk peningkatan kinerja di masa depan. Dalam hal ini ITB telah meraih ranking pertama di Indonesia menurut THE (Times Higher Education), disusul UI dan UGM di peringkat 801-1000 kemudian IPB di peringkat 1000+. Sedangkan menurut QS World University, ranking perguruan tinggi dunia adalah UI (277), ITB (331), UGM (401-410) dan UNAIR (701-750). Berdasarkan penilaian Kemenristekdikti, ITB menempati peringkat kedua setelah UGM.

ITB akan terus menjalin kolaborasi dan membangun sinergi dengan Pemerintah dan Industri, juga perguruan tinggi lain dalam rangka menciptakan teknologi baru dan pemanfaatannya. Teknologi baru berdasarkan hasil-hasil riset unggulan berskala nasional maupun internasional tersebut diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan industri yang pada ujungnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara umum. Mengingat penggunaan teknologi juga memerlukan payung hukum atau ketetapan regulasi dari Pemerintah guna menjamin keberlanjutan pengembangan teknologi di masa depan, ITB akan ikut terus mendukung pengembangan aturan hukum terkait.

Kita harus Ingat, ITB tidak hanya untuk ITB. Hasil riset ITB harus bermanfaat bagi industri, pemerintah, perguruan tinggi lain, dan masyarakat secara luas. Banyak kerjasama yang kita lakukan untuk ini. Mengawali tahun 2018, kita semua berharap agar refleksi di tahun 2017 ini, mampu memberikan semangat untuk menjadi lebih baik di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Selamat Tahun Baru 2018. 



Rektor ITB
Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA


Infografis : Humas ITB