Peningkatan Kinerja Logistik di Indonesia: Refleksi, Tantangan, dan Peluang Sistem Logistik Nasional

Oleh Najma Shafiya - Mahasiswa Teknologi Pascapanen, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung (Puskalog ITB) mengadakan Seminar Nasional Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok bertema “Peningkatan Kinerja Logistik di Indonesia: Refleksi, Tantangan, dan Peluang Sistem Logistik Nasional” di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Kamis (25/7/2024).

Acara ini terbagi dalam beberapa sesi dengan tajuk dan narasumber yang berbeda. Sesi pertama bertajuk “Refleksi Satu Dekade Sislognas: Tantangan dan Peluang Peningkatan Sistem Logistik Nasional Saat Ini”. Sesi ini membahas kondisi logistik dan infrastruktur transportasi dan perkembangannya dalam satu dekade terakhir serta identifikasi tantangan dan peluang logistik nasional dalam tatanan global supply chain beserta prioritas program pemerintah mendatang.

Asisten Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian Dr. Atong Soekirman, S.E., M.M. melaporkan perkembangan peraturan yang sedang dilakukan saat ini, termasuk merevisi Inpres No. 5 tahun 2020 tentang National Logistic Ecosystem (NLE) dan Perpres No. 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik Nasional. Revisi ini dilakukan sebagai respons terhadap tantangan geopolitik global, serta penugasan dan konektivitas antar wilayah, ketersediaan bahan pokok, dan peringkat Logistic Performance Index (LPI).

NLE telah mengurangi layanan dari 13 menjadi 6 layanan di 46 pelabuhan target dan 6 pelabuhan udara serta meningkatkan efisiensi waktu menjadi 55,7% dengan pengurangan biaya 37% pada tahun 2023. Pemerintah pun sedang menyusun kerangka rancangan peraturan presiden untuk memperkuat logistik nasional yang mencakup konektivitas logisitik, serta strategi pemangkasan biaya.

Sementara itu, Ketua Komisi V DPR RI periode 2014-2019 Ir. Fary Djemy Francis, MMA. menekankan pentingnya melibatkan seluruh komponen secara terpadu untuk meningkatkan efisiensi logistik di Indonesia.

Pertanyaan reflektif yang perlu dijawab adalah apakah transportasi di Indonesia sudah efektif dan efisien. Meskipun kinerja logistik Indonesia menunjukkan perbaikan, dengan biaya logistik terhadap PDB turun di 2023, tetap masih ada ruang untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Adapun Konsultan dari The World Bank Group, Mr. Dave, mengatakan fokus utama dari logistik adalah mengidentifikasi proyek infrastruktur yang perlu menjadi perhatian Indonesia, terutama menjelang diperkenalkannya pasar tunggal ASEAN dalam 5 hingga 8 tahun ke depan. Tanpa peningkatan infrastruktur, Indonesia bisa menghadapi kesulitan dalam pengembangan ekonomi merata dan ketahanan pangan. Beliau juga mengatakan pentingnya inovasi dalam mengintegrasikan perdagangan internasional dan domestik dalam negeri. “Inovasi dalam cara mengintegrasikan perdagangan internasional dan domestik perlu dilakukan,” katanya.

   

Tanjung Priok dan Tanjung Perak dapat menjadi penghubung kritis antara perdagangan domestik dan internasional. Investasi besar dibutuhkan untuk terminal kontainer, sementara terminal kereta api dapat menjadi alternatif yang lebih efektif dengan akses yang lebih luas.

Adapun Kepala Pusat Pengkajian Logistik dan Sistem Rantai Pasok ITB, Titah Yudhistira, S.T., M.T., Ph.D. menyampaikan presentasi berjudul “Tentang Refleksi Satu Dekade Cetak Biru Sislognas: Rencana, Capaian, dan Agenda”. Beliau setuju dengan rencana penguatan Perpres No. 26 Tahun 2012 yang berkaitan dengan perkembangan logistik nasional agar perekonomian negara dapat berkembang.

“Logistik adalah sebuah isu yang sangat penting bagi sebuah negara manakala kita ingin mengembangkan perekonomian negara tersebut,” ujarnya.

Tim Puskalog ITB telah menganalisis lebih dari 100 rencana aksi yang telah dilakukan pemerintah. Hasil analisisnya menunjukkan kinerja yang cukup baik pada berbagai aspek, kecuali bagian regulasi dan pemerintahan. Di sisi lain, pemerintah juga menginisiasi beberapa program lain dalam Perpres dengan semangat yang sama.

Selain itu, dalam proses penguatan Perpres tersebut, terdapat isu hangat yang belum dibahas, yaitu climate change, tentang bagaimana rancangan dan strategi logistik ke depan dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon mengingat sektor logistik menyumbang 27% dari total emisi. Perlu juga dipertimbangkan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia dalam strategi ke depan.

“Kami mengharapkan dan merekomendasikan adanya penguatan sehingga kita bisa mengejar ketertinggalan sekaligus dapat mengejar peluang-peluang yang diberikan perkembangan global saat ini,” katanya.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)