Rektor Anjurkan Wisudawan Perluas Konektivitas ITB di Era Globalisasi

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Rektor ITB, Prof. Dr. Akhmaloka mencanangkan pernyataan internasionalisasi (internationalization statements) pada acara Sidang Terbuka ITB untuk Wisuda Pertama Tahun Akademik 2011/2012. Pernyataan tersebut terdiri atas tiga hal yang diharapkan dapat menjadi panduan ke depan bagi ITB untuk mewujudkan dirinya menjadi salah satu kutub dalam topologi geokultural pendidikan tinggi di dunia.

Bangsa-bangsa di dunia hidup dalam satu Bumi, namun masing-masing bangsa tersebut menempuh lintasan sejarah dan perkembangan kultur yang berbeda-beda. Kombinasi kedua aspek tersebut, geografis dan kultural, menghasilkan sesuatu yang disebut topologi geokultural. Contoh mudah dari topologi geokultural ini antara lain adalah adanya bangsa Timur dan Barat, sebagai representasi dari perkembangan kultural berbeda yang dikembangkan di belahan Bumi yang berbeda.

Dalam catatan sejarah, interaksi lintas geokultur telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Penyebaran agama, perdagangan, dan pertukaran budaya yang dilaksanakan dalam interaksi lintas geokultur telah memperkaya peradaban dan percepatan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni bagi bangsa-bangsa yang terlibat dalam interaksi tersebut. Bangsa-bangsa yang memiliki karakter petualang dan eksploratif bersifat lebih aktif dalam interaksi geokultural sehingga mereka menjadi relatif lebih berpengaruh daripada bangsa-bangsa lain yang lebih pasif dan tertutup.

Oleh karena itu, Akhmaloka mengingatkan para wisudawan bahwa ketika berkiprah dalam dunia profesional, mereka akan terlibat dalam interaksi-interaksi lokal untuk meningkatkan kapasitas organisasi maupun perusahaan. "Namun, untuk memperluas peluang-peluang bagi kemajuan, penting bahwa Saudara menjalin interaksi-interaksi lintas geokultural," tegasnya. Dalam menjalin interaksi lntas geokultur ini, yang perlu dilakukan adalah berperan sebagai simpul yang menghubungkan simpul-simpul lain. Simpul ini dapat berupa individu, kelompok, organisasi, bahkan bangsa. Sebuah simpul dalam interaksi ini harus memiliki sesuatu untuk dipertukarkan, antara lain cita-cita, aspirasi, pengalaman, pengetahuan, dan kapabilitas yang relatif unik. Perbedaan-perbedaan relatif ini merupakan faktor yang dapat menggerakkan pertukaran-pertukaran melalui konektivitas, untuk mewujudkan cita-cita dan kemajuan kolektif.

Dalam topologi geokultur seperti ini, turut berpartisipasi dalam interaksi lintas geokultur bukan lagi merupakan hal yang harus ditakuti. Interaksi ini berlangsung sangat dinamis, dan tidak melulu mengacu pada satu acuan global yang statis. Menjadi berkelas dunia, misalnya, pada dasarnya merupakan suatu bukti dari kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang melalui konektivitas geokultural. Dalam konteks ini, suatu perguruan tinggi yang memperoleh predikat World Class University (WCU) adalah perguruan tinggi yang mampu memanfaatkan konektivitas geokultural untuk kemajuannya, sekaligus meningkatkan peranannya dalam menghela kemajuan bangsa. Upaya-upaya untuk meraih predikat kelas dunia jangan sampai tereduksi menjadi sebatas pencarian pengakuan internasional, tetapi harus tetap fokus pada kemajuan akademik yang sejati dan kontribusi yang signifikan dalam menghela kemajuan bangsa.

Oleh karena itu, dalam meningkatkan kualitas konektivitas geokulturalnya, ITB telah mencanangkan pernyataan internasionalisasi (internationalization statements) yang terdiri atas tiga bulir pernyataan. Pertama, setiap Fakultas dan Sekolah di lingkungan ITB sekurang-kurangnya harus mempunyai satu program kerja sama pendidikan dengan perguruan tinggi di luar negeri, misalnya dalam bentuk double-degree, program joint-degree, ataupun bentuk lainnya. Kedua, setiap Fakultas dan Sekolah di lingkungan ITB sekurang-kurangnya harus harus mempunyai satu program studi yang terakreditasi secara internasional. Ketiga, setiap Fakultas dan Sekolah di lingkungan ITB sekurang-kurangnya harus mempunyai satu program mobilitas mahasiswa dan dosen (student and staff mobility) dengan perguruan tinggi manca negara.

Dengan semakin padat dan luasnya konektivitas geokultural dari ITB, maka kapasitas dan kapabilitas ITB untuk meraih kecemerlangan akademik (academic excellence) pada tataran global dan pada saat yang sama juga berkontribusi maksimal dalam proses pembangunan bangsa dan negara Indonesia, diharapkan juga akan semakin baik dan berkualitas.