ITB Turut Berpartisipasi dalam Kerja Sama Riset dan Inovasi Ilmu Interdisipliner Antara Indonesia dan Inggris

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Dok. KBRI London

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) turut berperan dalam kerja sama antara Kedutaan Besar Indonesia di London bersama Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, IPB, dan UGM dalam pembentukan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) di London, Inggris, Jumat (21/8/2020) lalu.

Pada acara peluncuran program UKICIS tersebut, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah turut serta memberikan sambutannya secara virtual. Ia menyampaikan rasa terima kasih dan bangga karena bisa mewakili ITB dalam MoU mengenai riset dan inovasi antara pemerintah Republik Indonesia dan Inggris.

Prof. Reini menyampaikan rasa bangganya karena tiga dari alumni terbaik ITB yaitu Dr. Laory, Dr. Muljadi, dan Dr. Mukti merupakan salah satu inisator dari Konsorsium Ilmu Interdisipliner Inggris-Indonesia. “Konsorsium ini menyediakan platform bagi universitas-universitas di Indonesia dan Inggris untuk menggunakan kemajuan teknologi dan penelitian untuk menjembatani kesenjangan di antara masyarakat melalui kegiatan penjangkauan dan keterlibatan masyarakat yang lebih kuat,” ujar Prof. Reini.

Ia menambahkan, ITB merupakan organisasi pembelajaran adaptif yang ditunjukkan dalam rencana lima tahun ke depan, yaitu untuk menjadi “Locally Relevant dan Globally Respected University”. Pada seratus tahun perjalanannya, ITB telah lama berdiri sebagai pemimpin di bidang ilmu, teknologi, sedi, sosial, dan humaniora.

“Alumni kami adalah kebanggaan ITB, yang terus membagikan nilai-nilai dan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan Indonesia dan jaringan internasional. Untuk menyambung tradisi, ITB akan senantiasa melestarikan kampus dengan atmosfer akademik yang terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru, pemikiran yang kritis dan visioner, dibarengi dengan sikap yang menjunjung tinggi kebebasan akademik dalam keberagaman saintifik dan budaya,” ujarnya.

Prof. Reini menyampaikan, acara ini akan memperkuat ITB dan universitas-universitas di Inggris, karena sejauh ini ITB telah menandatangani MoU dengan sekitar 30 universitas di Inggris.

Ia juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kedutaan Indonesia di London dalam memfasilitasi pendirian UKICIS. “Terakhir, saya berjanji untuk turut memberikan perhatian dan komitmen penuh untuk membantu UKICIS mencapai tujuannya secara efektif, sembari berbagi semangat motto ITB: in harmonia progressio,” pungkasnya.

Ada banyak wilayah penelitian yang akan dilakukan dalam konsorsium tersebut. Meskipun awalnya didorong oleh kebutuhan mendesak dari pandemi COVID-19, para anggota pendiri akan menjalankan isu-isu global seperti pandemi, perubahan iklim, dan bencana. Dalam praktiknya, bidang penelitian umum akan terbentuk dalam bentuk proyek penelitian. Pada acara peluncuran tersebut juga dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof. Bambang Brodjonegoro.