Rektor ITB Mewisuda 34 Wisudawan Program Profesi Insinyur Melalui Video Teleconference
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., mewisuda 34 wisudawan Program Studi Program Profesi Insinyur ITB pada Wisuda Periode Kedua, Tahun Akademik 2019/2020, Selasa (5/5/2020). Wisuda yang berisi sumpah insinyur tersebut dilaksanakan melalui yang dihadiri oleh Rektor dan para wisudawan.
Pengambilan sumpah insinyur dipandu oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB, Ir. Muhamad Abduh, MT., Ph.D. Berdasarkan laporan Direktur Pendidikan Non Reguler Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Andri Dian Nugraha, S.Si., M.Si., pelaksanaan wisuda yang dilakukan secara daring ini diikuti oleh sebanyak 34 mahasiswa yang sudah lulus Program Studi Program Profesi Insinyur ITB, dengan rincian, 22 wisudawan periode April 2020 dan 12 wisudawan periode Oktober 2019. “Saya atas nama Direktur Pendidikan Non Reguler ITB mengucapkan selamat dan sukses kepada wisudawan yang telah menyelasaikan studinya,” ujarnya dalam sambungan video teleconference.
Sementara itu, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah juga mengucapkan selamat kepada para wisudawan atas capaian gelar insinyur dari ITB. Menurut Prof. Reini, gelar profesi insinyur merupakan bentuk pengakuan atas capaian kompetensi Saudara. Dengan gelar tersebut, Saudara terikat pada kode etik profesi insinyur. Di Indonesia, kode etik dari profesi insinyur dirumuskan ke dalam bentuk empat kaidah dasar dan tujuh sikap, atau “Catur Karsa, Sapta Dharma”. Satu dari ketujuh sikap insinyur profesional tersebut adalah “mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat”.
Disampaikan Prof. Reini, berkaitan dengan sikap profesional tersebut, wabah COVID-19 yang kini tengah kita hadapi bersama, memberikan pelajaran yang sangat berharga. Wabah tersebut menyebar-luas dengan cepat karena di fase-fase awal kita tidak tahu, bagaimana perbuatan kita sehari-hari dapat menimbulkan penularan. Pelajarannya di sini adalah, bahwa apa-apa yang kita perbuat dapat menimbulkan risiko yang serius bagi lingkungan kita, tanpa kita sadari dan pahami bagaimana risiko itu timbul.
"Jadi, agar bisa menjalankan sikap ‘mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat’, dibutuhkan kemampuan-kemampuan yang bersifat antisipatif, bukan sebatas reaktif. Seorang insinyur profesional tidak hanya mampu melakukan rancang-bangun, tetapi juga harus mampu mengantisipasi dampak dari hasil rancang-bangun tersebut terhadap keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat," kata Prof. Reini.
Adapun, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Heru Dewanto, M.Sc.Eng., IPU., ASEAN Eng., dalam sambutannya menyampaikan selamat datang kepada para wisudawan program profesi insinyur ITB di dunia profesi atau dunia kerja. Dia mengatakan, dunia profesi memiliki tantangan yang berbeda, di mana kita tidak bisa hanya memilih, tapi kita juga harus terpilih untuk dapat meningkatkan karier kita. “Semakin tinggi edukasi kita semakin banyak pintu opportunity yang terbuka. Semoga sertifikat insinyur yang didapat, bisa menjadi proteksi di masa sulit,” katanya.
Dr. Heru Dewanto menambahkan, dalam lima tahun terakhir ini, narasi pembangunan di Indonesia adalah tentang infrastruktur. Tidak ada kebanggaan yang lebih besar bagi insinyur di Indonesia yang telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan infrastruktur. Hal tersebut menjadi suatu kehormatan bagi para insinyur karena telah menjadi patriot pembangunan di semua lini. “Para insinyur telah mendemonstrasikan, mengubah masalah menjadi solusi, membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan membuat yang tidak ada menjadi ada. Namun demikian tantangan ke depan merupakan panggilan bagi insinyur untuk berkarya lebih hebat lagi. Tantangan ke depan tidak akan lebih mudah bahkan akan jauh lebih sulit karena kita masih meraba-raba dunia setelah pandemi COVID-19 ini berlalu,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, perguruan tinggi dalam hal ini ITB, dan PPI memiliki misi yang sama yaitu mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Sebab, kunci dari kompetisi global, pertumbuhan ekonomi, dan inovasi adalah peningkatan sumber daya manusia yang unggul. “Kolaborasi perguruan tinggi dengan PII menjadi sangat relevan. Triple helix yang sering dibicarakan dapat diimplementasikan di sini,” ujarnya.