Wakil Wisudawan Sampaikan Kesan dan Pesannya pada Wisuda ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Selama 2 tahun terakhir wisuda ITB dilaksanakan secara daring/online, akhirnya pada Sabtu, 23 Juli 2022 diselenggarakan Wisuda Ketiga Tahun Akademik 2021/2022 secara luring di Sabuga. Perwakilan wisudawan/wisudawati dari tiap program studi mendapat kesempatan untuk menyampaikan pidato perpisahan yakni Muhammad Taufiq Rafie (Doktor Teknik Geofisika), Lavita Nur’aviana Rizalputri (Magister Teknologi Nano), Teddy Surya Gunawan (Insinyur Teknik Elektro), dan Steve Bezalel Iman Gustaman (Sarjana Teknik Informatika).

Terima kasih dan Selamat

Tak pernah lupa untuk selalu bersyukur dan berterima kasih atas pertolongan dari berbagai orang baik dari doa maupun aksi, perwakilan wisudawan dari sarjana hingga doktor tersebut mengucapkan terima kasih pada seluruh elemen kampus atas segala bantuan, fasilitas, ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang telah diberikan selama menempuh pendidikan di kampus tercinta ini. Selain itu, para perwakilan wisudawan/wisudawati tersebut juga menghaturkan rasa terima kasihnya kepada orang tua, keluarga, saudara-saurada serta teman-teman mereka.

“Selain itu, di momen wisuda ini kami juga ucapkan rasa terima kasih kepada orang tua kami tercinta, keluarga, saudara-saudara serta teman atau kolega atas bantuan ikhlasnya selama studi S3 kami di ITB,” ucap Muhammad Taufiq Rafie sebagai wakil wisudawan dari program studi Doktor.

Tak hanya terima kasih, kata selamat juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan para perwakilan wisudawan yang sudah membantu mereka untuk survive selama perkuliahan. “Tentunya kepada seluruh rekan- rekan wisudawan, saya juga sampaikan selamat berbahagia, akhirnya momen yang kita semua tunggu-tunggu sudah tiba,” ujar Steve Bezalel Iman Gustaman sebagai wakil wisudawan dari program sarjana.

Gelar Doktor Merupakan Kehormatan

“Gelar Doktor merupakan suatu kehormatan dan derajat tertinggi dalam bidang akademik, tentu kita semua memiliki tugas dan kewajiban yang lebih,” kata Rafie. Ilmu bukan sesatu yang hanya kita dapat, tetapi ilmu juga harus disampaikan. Meneruskan kerja keras dalam mengamalkan keahlian dan ilmu. Dengan begitu, Rafie percaya bahwa mahasiswa memiliki potensi tinggi untuk memberikan kontribusi yang signifikan untuk bangsa.

Selama kurang lebih 3,5 tahun menempuh pendidikan program doktor, Rafie mengalami banyak suka maupun duka selama berinteraksi dengan dunia kampus. “Tak jarang kita berada di kondisi di mana penelitian yang dikerjakan terasa sangat sulit, berat, tak berujung, atau bahkan buntu di tengah jalan,” ucap Rafie.

Tetapi di balik kesulitan tersebut, pastinya ada kerja keras dan ketekunan yang dirasakan sehingga rasa semangat untuk dapat menghasilkan karya yang luar biasa muncul dan perlahan menutup kesulitan-kesulitan tersebut. Tak hanya itu, kolaborasinya dengan para kolega juga membantu untuk membuat suatu karya yang membanggakan. Terakhir, adapun yang membantu ia ketika di saat-saat kesulitan atau stress: “It’s not a sin to get knocked down; it’s a sin to stay down,” tutup Rafie.

Tetap Rendah Hati dan Berpikir Luas

“Hal yang berkesan bagi saya adalah selama dua tahun di S2 adalah tiada hentinya saya harus menjelaskan mengenai prodi saya yang baru ini, tidak hanya mengenai ilmunya namun skema kolaborasi sehingga dosen-dosen saya berasal dari berbagai fakultas,” ucap Lavita.

Dari prodi magister, Lavita mengetahui perjalanan inovasi serta semangat kolaborasi yang ingin diterapkan oleh kampus ITB walaupun membuat sistem baru yang mungkin sempat diragukan. “Sekarang bukan lagi eranya kamu hanya untuk kamu, aku hanya untuk aku, tapi kita untuk kita semua.” Ia percaya bahwa dengan cara berpikir yang tidak terpecah-pecah lagi, para wisduawan dapat membuat suatu hal yang hebat dan mulia.

Lavita berharap kepada kawan-kawan wisudawannya untuk tetap rendah hati, berpikir lebih luas, mau bekerja sama tanpa pamrih sehingga semakin banyak kolaborasi yang inovatif dan multidisiplin di masa yang akan datang. Ia pun juga berharap bahwa kampus tercintanya dapat menjadi sarana untuk para manusia terbaik dengan segala kesulitan dan tantangan pada masa ini sehingga dapat meneruskan manfaat bagi berbagai macam ilmu.

Lavita pun mengakhiri pidatonya dengan doa-doa dan ucapan selamat kepada para rekan wisudawan. “Sekali lagi, mari kita kobarkan semangat perjuangan untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater,” tutup Lavita.

Profesi Insinyur Punya Peranan Penting untuk Indonesia

Di tengah situasi dunia yang tidak pasti, tingginya inflasi, ekonomi stagnasi, seorang insinyur adalah profesi yang telah, sedang, dan akan selalu membuat sejarah. Demikian disampaikan Teddy, wakil wisudawan dari Program Profesi Insinyur.

Teddy selalu menjurus kepada pedoman Kode Etik Insinyur bersama masalah-masalah yang terjadi di sekitar kita. Insinyur yang akan selalu berhati bersih, berpikiran jernih, dan bekerja gigih, untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa demi mimpi dan visi Indonesia di tahun 2045. Menjadi negara dengan berpendapatan tinggi dan menjadi lima besar kekuatan ekonomi dunia. Diiringi juga oleh pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pastinya diusung oleh profesi insinyur.

Selain melihat misi dan masalah Indonesia sendiri, Teddy mengaitkan profesi insinyur ini dengan peristiwa internasional, misalnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina serta perang di Ukraina. Posisi insinyur dinilai penting untuk menguasai teknologi tinggi, misalnya manufaktur semikonduktor, desain mikroprosesor, sistem operasi, serta perangkat keras dan lunak lainnya. Beliau yakin bahwa bangsa Indonesia akan bisa berdikari apabila insinyur ini mampu menguasai teknologi tinggi ini.

"Gelar Insinyur yang kita dapatkan pada hari ini, bukan tujuan akhir, tapi suatu langkah awal karena di pundak kitalah disemai harapan, diikatkan beban, dirancang langkah ke depan, untuk satu tujuan: Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur."

Perjalanan yang Tak Mudah

"Untuk sampai di titik ini, perjalanan yang saya lewati tentunya tidak mudah. Saya yakin rekan-rekan wisudawan juga merasakan hal yang sama," ujar Steve, wisudawan dari Program Sarjana.


Menjadi mahasiswa ITB memang penuh tantangan, apalagi secara mental. Ada kalanya kelelahan, stres, burnout, dan demotivasi datang menghampiri karena tugas yang melimpah dan lautan ujian yang tak kunjung habis. Belum lagi, pandemi yang dihadapi oleh wisudawan sekarang juga ikut menghambat perjalanan studi mereka. Namun, Steve yakin rintangan ini tidak membuat mereka hancur, justru membuat mereka percaya diri akan masa depan mereka.

Harapannya bagi seluruh wisudawan agar mereka selalu berusaha untuk memperbaiki dan mengembangkan diri dalam membawa perubahan di Indonesia, baik dalam diri masing-masing maupun lingkungan sekitar.

Wisudawan ini sudah mencapai satu garis finis, walau begitu babak selanjutnya dalam kehidupan beserta tantangan barunya segera dimulai. Di akhir kata, Steve mengutip satu pepatah yang terkenal di kalangan mahasiswa ITB. Katanya "Masuk ITB itu susah, tapi lebih susah keluarnya". Namun, ketika mengingat usaha dan jerih payah mereka, pepatah itu bisa dipatahkan dengan pepatah baru miliknya. “Saya bangga saat masuk ITB, tapi lebih bangga saat wisudanya”.

Reporter: Nadissa Regina Putri (Teknik Lingkungan, 2021)
Sumber: Dikutip dari buku wisuda Juli 2022