Rektor: ITB Multikampus Hadirkan Keanekaragaman yang Menjadi Warna
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Menyambut multikampus dan program multidisiplin, Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menyelenggarakan ITB Talks dalam rangka menyosialisasikan program-program terbaru di ITB, Rabu (8/6/2023). Acara tersebut juga sekaligus memperkenalkan ITB Kampus Jakarta sebagai bagian dari multikampus ITB.
Berlangsung secara hybrid, pada kesempatan tersebut, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menyampaikan topik tentang Peran Strategis Multikampus dan Multidisiplin. Menurutnya, multi dapat diartikan sebagai diversity/keanekaragaman dan diversification/penganekaragaman. Hal ini berarti ketiga kampus ITB yakni ITB Kampus Jatinangor, ITB Kampus Cirebon, dan ITB Kampus Jakarta sebagai bentuk ITB mengalami penganekaragaman. Keanekaragaman ini dapat didefinisikan pada warna tertentu yang dimiliki oleh ketiga kampus ITB.
ITB Kampus Jatinangor menjalankan kegiatan tridarma dengan memberikan penekanan pada isu atau agenda 'green’, yang berkaitan dengan agenda global climate change. Lalu, ITB Kampus Cirebon memberikan penekanan pada dimensi kebudayaan dan kedaerahan, mencakup ekonomi kreatif, kota kreatif, dan pembangunan kebudayaan.
Sementara itu, ITB Kampus Jakarta memberikan penekanan pada interaksi multidisiplin yang melibatkan para akademisi ITB dan para pelaku profesional (pelaku industri/bisnis swasta, pelaku pemerintahan, pelaku asosiasi profesi, dan juga pelaku lembaga nonpemerintahan).
“Meski berkembang dalam keanekaragaman, kampus ITB tetap ITB,” ungkap Prof. Reini.
Prof. Reini menegaskan tidak ada perbedaan ketiga multikampus ITB dengan ITB Kampus Ganesha. Multikampus ITB disatukan dalam visi dan misi ITB, tradisi ITB, norma akademik, norma etika ITB, dan budaya ilmiah unggul.
Tujuan penganekaragaman ITB adalah meningkatkan dampak ITB di masyarakat dengan memperbesar peluang untuk terjadi interaksi dan pertukaran pengetahuan. Dampak yang tinggi maka dukungan masyarakat dalam keberlanjutan perguruan tinggi akan meningkat. Menurut Prof. Reini, ITB sangat mungkin menjadi pendongkrak pengembangan ekonomi nasional khususnya wilayah Jawa Barat. Hal ini tentunya dibarengi dengan kesungguhan systematic knowledge exchange melalui desain yang sistematis dan eksekusi yang optimal.
Keberadaan ITB Kampus Jakarta menjadi salah satu aksi nyata memperkuat systematic knowledge exchange dengan profesional, industri, dan pemerintah. Dengan adanya ITB Kampus Jakarta publikasi internasional yang co-offer dengan perusahaan dapat meningkat. Menurut LPPM ITB, publikasi internasional dengan afiliasi perusahaan menjadi salah satu faktor peningkatan persentase indikator hilirisasi riset menjadi produk.
“UK dan US menjadi negara dengan tingkat riset dan best practice in the world sebesar 5%, sedangkan Indonesia masih berada di angka 0,5%. Tapi, setidaknya Indonesia sudah punya bibit,” ungkap Prof. Reini.
Prof. Reini berharap keberadaan multikampus dan multidisiplin mampu berdampak nyata di masyarakat dan dengan komitmen yang kuat menjadi faktor penting keberhasilan ITB.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)