Rektor ITB Sampaikan Dinamika Global dan Tantangannya dalam Peringatan 104 Tahun PTTI
Oleh Angra Eni Saepa - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id- Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Peringatan 104 tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia tahun 2024 di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Rabu (03/07/2024). Pada kegiatan tersebut, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph. D., menyampaikan sambutan dengan topik “Dinamika Global dan Tantangan dalam PTTI”.
Dalam sambutannya, Prof. Reini menyampaikan jika sejak awal kelahirannya, Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia (PTTI) telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia.
“Saat memasuki era Kemerdekaan Republik Indonesia, PTTI terus-menerus berjuang untuk menempatkan pendidikan tinggi teknik sebagai pilar kemandirian dan motor penggerak kemajuan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, para pelaku sejarah PTTI meyakini bahwa kemajuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan faktor yang sangat penting bagi kemajuan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
“PPTI bersama dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya telah menjadi pilar kelembagaan bangsa dalam upaya melaksanakan amanah Konstitusi Negara, sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea 4, yaitu Mencerdaskan Kehidupan Bangsa,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Reini mengungkapkan jika, ITB sebagai lembaga pendidikan teknik tertua di Indonesia, berperan sebagai pelopor pada pendidikan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
“ITB berperan menjadi pelopor pendidikan dan penguasan iptek, sampai pada akhirnya iptek tersebut mengalami perkembangan seiring dengan semakin eratnya keterpautan di antara bidang-bidang iptek, dan antara kemajuan iptek, perkembangan kebudayaan, dinamika sosial, pertumbuhan ekonomi dan perubahan lingkungan,” jelasnya.
Prof. Reini juga menyampaikan jika perkembangan iptek yang terjadi dalam kurun waktu satu abad terakhir ini telah menciptakan disrupsi dan perubahan-perubahan besar di tengah masyarakat dunia.
Beliau juga menjelaskan jika dalam cara pandang konvensional, Iptek dianggap sebagai hasil dari penelitian di laboratorium, di lembaga pendidikan tinggi, atau di lembaga penelitian. Namun, saat ini banyak kalangan menilai bahwa pandangan linier tersebut sudah tidak relevan.
“Dalam cara pandang yang konvensional, kita menganggap bahwa iptek adalah hasil dari penelitian di institusi akademis. Namun saat ini, pandangan tersebut sudah tidak memadai lagi. Penelitian dan pengembangan iptek tidak bisa lagi dipandang sebagai kegiatan yang terisolasi dari dinamika sosial/ekonomi, sehingga banyak institusi dan perusahaan-perusahaan di luar sana mengembangkan iptek melalui inovasi bahkan sampai lintas negara," ungkapnya.
Saat ini, lembaga pendidikan tinggi sudah tidak lagi memainkan peranan dominan dalam menentukan arah perkembangan dan pemanfaatan iptek. Hal tersebut karena dunia telah memasuki era post-normal science.
Dalam pidatonya, Prof. Reini juga menegaskan jika, untuk dapat berdampak di masyarakat, pendidikan tinggi harus mampu menjadi center of relevance bukan hanya sebagai center of excellence. Di masa depan nanti, lembaga pendidikan juga harus menunjukkan perannya sebagai agent of knowledge exchange dari centre menjadi hub.
Beliau juga menjelaskan bahwa knowledge exchange ini memerlukan sikap saling terbuka dan saling percaya, serta dialog yang bersifat konsultatif. Selain itu, diperlukan kolaborasi antar lintas disiplin ilmu untuk mencapai luaran-luaran yang diharapkan.
Selain itu, Prof. Reini juga menyampaikan pentingnya inovasi sebagai ekosistem knowledge exchange yang pada hari ini, tingkat kinerja ekosistem inovasi masih sangat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Sehingga memunculkan permasalahan ketimpangan, dan tantangan bagi global sustainability.
“Ekosistem inovasi perlu dijalin dan dikembangkan oleh berbagai pihak terkait, untuk mendorong perkembangan iptek dan inovasi yang menghasilkan nilai tambah di sektor-sektor ekonomi atau pun sektor-sektor publik,” paparnya.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, ITB telah mendorong penelitian dan pengembangan iptek, yang merespons permasalahan global, nasional dan lokal di berbagai bidang.
“LPPM ITB telah mengembangkan strategi pengabdian masyarakat yang menjangkau daerah 3T di Indonesia, untuk berkontribusi dalam percepatan pemerataan pembangunan. ITB juga terus memperkuat ekosistem inovasi internal untuk mendorong hilirisasi penelitian dan inovasi,” ungkapnya.
Selain itu, ITB juga telah merumuskan dan mensosialisasikan Budaya Ilmiah Unggul sebagai intellectual platform ITB, untuk memastikan excellence dalam scientific quality, dan added value yang tinggi dari berbagai kegiatan ITB. Sehingga dalam kurun waktu 2020-2023, ITB terus mengalami peningkatan dalam produktivitas dan reputasi ilmiah (scientific productivity and reputation), dan bertahan pada peringkat teratas di Tanah Air.
“Saya meyakini bahwa lembaga pendidikan tinggi teknik akan memainkan peranan yang semakin penting, baik dalam mewujudkan visi Indonesia Emas, maupun dalam merespons permasalahan global yang semakin dinamis. Untuk ini, menurut saya diperlukan pembaruan cara pandang terhadap pendidikan tinggi teknik, dan transformasi peranan dari lembaga pendidikan tinggi teknik itu sendiri,” tutupnya.
Reporter: Angra Eni Saepa (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)