Sah! ITB Jalin MoU Teknologi Serap Emisi dengan PT PAU dan Mitsubishi Corp.

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalin Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dalam pengembangan teknologi produksi amonia ramah lingkungan. MoU ini ditanda-tangani oleh Prof. Reini Wirahadikusumah Ph.D., sebagai Rektor ITB dan Mr. Chander Vinod Layora sebagai Presiden Direktur dan CEO PT. Panca Amara Utama (PAU) secara daring pada Kamis (18/3/2021). Kooperasi ini akan berfokus pada pengembangan proyek CCS/CCUS pada Pabrik Amonia Bangai, Sulawesi Tengah.

Kesepakatan yang disebut akan menjadi awal baru dalam pengembangan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Indonesia ini akan melibatkan dua negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Kerja sama ini akan melibatkan langsung perusahaan ternama Mitsubishi Corporation, Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation (JOGMEC), dan PT. Panca Amara Utama.

“Saya percaya jika penanda-tanganan MoU ini merupakan sebuah great leap forward dalam pemanfaatan amonia sebagai bahan bakar rendah karbon masa depan,” ujar Mr. Vinod Layora dalam sambutannya. Indonesia mengekspor sekitar satu juta metrik ton amonia ke Jepang setiap tahunnya, angka ini diperkirakan akan naik menjadi 3 juta metrik ton pada 2030. Dengan mengimplementasikan teknologi CCS/CCUS pada lokasi produksi amonia dampak lingkungan yang ditimbulkannya dapat berkurang.

Selain Mr. Vinod Layora, beberapa pihak lain juga turut memberikan sambutan. Mr. Toshizaku Ebato menyampaikan sambutannya tentang peluncuran CCS Promotion Group oleh JOGMEC pada Juli tahun lalu sebagai salah satu usaha untuk meraih target karbon netral 2050. Sambutan setelahnya adalah dari Mr. Hiroki Haba sebagai Senior Vice President Mitsubishi Corporation. Acara kemudian diakhiri dengan sambutan oleh Mr. Rahul Puri selaku Komisioner PT. PAU.

Kiprah ITB sebagai Pusat Penelitian CCS/CCUS di Indonesia

“ITB telah memulai penelitian CCS/CCUS sejak 2010 melalui program pendanaan Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) dari pemerintah Jepang,” kata Prof. Reini. Hasil pertama dari kolaborasi tersebut adalah proyek injeksi CO2 pada reservoar Lapangan Migas Gundih di Jawa Tengah. Sejak itu ITB masih melanjutkan penelitiannya dengan pendanaan pihak-pihak internasional. Menurut Prof. Reini, sampai saat ini ada sekitar 45 peneliti ITB yang terlibat dalam proyek ini.

Dirjen Migas telah menjadikan ITB sebagai Pusat Unggulan IPTEK (PUI) nasional dalam penelitian CCS/CCUS. “Setelah penunjukan tersebut kami lebih aktif melakukan penelitian dan promosi teknologi ini,” ungkap Prof. Reini. Menurutnya sekarang terminologi CCS/CCUS telah lebih banyak dikenal dalam sektor peminyakan sejak proyek Lapangan Minyak Gundih yang sukses memompa sisa-sisa minyak.

CCS dan CCUS Kunci Meraih Karbon Netral

Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 29% sampai 41% pada 2030. Prof. Reini melihat hal itu sebagai potensi yang tinggi dalam implementasi teknologi CCU dan CCUS pada sektor energi untuk mencapai tujuan tersebut. Ia menyatakan bahwa sekitar 58% dari emisi gas rumah kaca Indonesia berasal dari sektor energi, dan dengan adanya kerja sama seperti ini diharapkan perkembangan energi bersih di Indonesia akan semakin terakselerasi.

CCU dan CCUS adalah suatu teknologi penyimpanan dan pemanfaatan emisi gas karbon dioksida. Teknologi ini dapat mencegah gas karbon dioksida dalam jumlah besar yang dihasilkan dalam proses industri terlepas ke atmosfer.

“Saya percaya bahwa CCU dan CCUS adalah solusi paling realistis dalam mencapai zero emission,” tambah Mr. Hiroki Haba dalam sambutannya.
Teknologi CCU dan CCUS bekerja dengan cara menangkap gas karbon dioksida yang kemudian akan dikompresi sampai berwujud cair. Selanjutnya karbon dioksida yang telah berwujud cair tersebut akan dipindahkan dan disimpan dalam suatu reservoar.

Reporter: Favian Aldilla (Teknik Sipil, 2019)