Didukung Medco Mining, ITB Bantu Tingkatkan Mutu Guru dan Siswa di Seimenggaris Kabupaten Nunukan
Oleh Vera Citra Utami
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id - Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, tidak terbayangkan bagaimana kehidupan di daerah terpencil dengan segala keterbatasannya. Di daerah paling utara di pedalaman Provinsi Kalimantan Utara, di Kecamatan Seimenggaris tepatnya, kami menemukan seorang tokoh terkemuka bernama Rusmini Hakim, yang lahir di Sidrap, Sulawesi Selatan, yang oleh rekan-rekannya dengan hormat disebut sebagai 'Kartini of Seimenggaris'. Setiap pejabat yang mengunjungi daerah terpencil ini pasti akan datang ke rumahnya, dihibur dan disajikan dengan cerita menarik tentang kegiatan sehari-hari yang tidak dapat dibayangkan di daerah terpencil ini tetapi secara mengejutkan sebenarnya dilakukan di sini.
Kecamatan Seimenggaris, meskipun lokasinya di daratan Kalimantan, adalah bagian dari Kabupaten Nunukan dengan ibukotanya di Pulau Nunukan. Seimenggaris dapat dicapai melalui Pulau Nunukan dengan speedboat, yang memakan waktu hampir 2 jam, memasuki area perkebunan melalui sungai yang dikenal sebagai habitat buaya.
Rusmini, lulusan agronomi Universitas Hasanuddin, ibu dari 5 anak dan istri seorang guru SMP, bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit NJL dari 2003-2010. Melihat keterbelakangan komunitas Seimenggaris, yang umumnya mantan transmigran, Rusmini meninggalkan pekerjaannya di NJL dan mendedikasikan hampir seluruh waktunya untuk mendorong Seimenggaris maju melalui pendidikan.
Dengan dana dan fasilitas pribadi yang terbatas, Rusmini mendirikan playgroup bernama PAUD di rumahnya, mendirikan Program Paket Penyetaraan ABC (Kesetaraan) untuk warga Seimenggaris, karena ijazah mantan buruh migran tidak dapat diselaraskan dengan standar pendidikan Indonesia. Karena tidak adanya sekolah menengah atas, anak-anak muda hanya bisa bekerja sebagai buruh setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama. Di rumahnya, Rusmini memulai sekolah pra-profesional untuk pertanian (Sekolah Menengah Kejuruan - SMK) untuk lulusan SMP. Setelah dua tahun berdiri, Dinas Pendidikan setempat menyediakan 4 ha tanah dan bangunan untuk SMK, yang diresmikan sebagai SMK Negeri, dengan Rusmini sebagai Kepala Sekolah. SMK sederhana ini hanya didukung oleh beberapa guru honorer, yang dibantu melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Duta Tambang Rekayasa – Medco Mining.
Tim LPPM-ITB (Budi Sulistianto, I Nyoman P. Aryantha, E. Soewono, Dudy Wiyancoko, Sri Utami, Elisa Khoirunnisa), melalui Program Layanan Masyarakat ITB, bekerja sama dengan PT Duta Tambang Rekayasa – Medco Mining dan PT Sago Prima Pratama, telah memberikan pelatihan Pakan dan Pupuk Organik di SMK Seimenggaris pada tahun 2015-2017. Kegiatan ini diprakarsai oleh CSR PT. DTR untuk melatih para pemuda dan guru SMK untuk memecahkan masalah serius dalam membesarkan sapi. Sejauh ini, sapi milik masyarakat 'sengaja' dikeluarkan di perkebunan dan di mana mereka merusak tanaman sawit. Kemudian pada tahun 2016 dan 2017, salah satu guru dan murid-muridnya diundang untuk berbagai pelatihan bioteknologi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB.
“Program Pengabdian pada masyarakat yang telah diterima sebagai bagian dari proses kemajuan kehidupan masyarakat di Seimenggaris, menjadi model pengembangan Pengabdian pada Masyarakat ITB di wilayah terisolir dan di wilayah perbatasan. Keberhasilan program tersebut adalah contoh kemitraan dengan CSR perusahaan di wilayah sekitar yang didukung oleh Pemda terkait,” ujar Prof. Edy Soewono dalam siaran pers yang dikirim LPPM (lembaga Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat) ke humas pada hari minggu (27/5/2018).
PT Duta Tambang Rekayasa (Medco Mining) sejak 2013 telah mendukung kegiatan belajar mengajar di SMK Seimenggaris (masih filial) yang masih berlangsung di kolong rumah dengan 14 orang siswa. SMK ini terus bertumbuh dengan menggembirakan. Kegembiraan ini makin bertambah saat LPPM ITB berkenan untuk berperan serta meningkatkan mutu guru dan siswa melalui berbagai pelatihan di sekolah dan pemagangan di Lab Mikrobiologi ITB, dari tahun 2015 sampai 2017. Sejak 2017 komitmen LPPM ITB dan PT. DTR (Medco Mining) tidak lagi sebatas pada pendidikan vokasi di SMKN Seimenggaris. Namun mulai berkembang pada sistem pengelolaan air minum berbasis komunitas, konservasi areal tangkapan air, dan pengembangan kawasan Seimenggaris sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) secara lebih terintegrasi. Untuk agenda yang terakhir diperlukan payung hukum berupa nota kesepahaman antara Pemkab Nunukan dgn ITB secara kelembagaan. Nota kesepahaman tersebut tentu tidak hanya untuk pembangunan di Seimenggaris namun untuk pembangunan Kabupaten Nunukan secara lebih luas.
Siaran Pers dari : Prof. Edy Soewono, Ph.D. (LPPM-ITB)