Sains-Preneur Dosen SITH ITB Hasilkan Kolaborasi Lintas Disiplin Ilmu
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
*Kredit foto: Freepik
BANDUNG, itb.ac.id -- Dosen bukan hanya menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, namun ada juga yang menghasilkan produk inovasi dari penelitian yang dilakukan. Dosen-dosen dari SITH ITB mengadakan sharing session yang menghadirkan dua dosen SITH yang aktif dalam kegiatan startup, yaitu: Dr. M. Yusuf Abduh dari PT Bio Proshafa Karya dan Dr. Wardono Niloperbowo dari SITH ITB.
Dr. M. Yusuf Abduh adalah dosen Kelompok Keilmuan Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk SITH ITB dan salah satu pendiri dari PT Bio Proshafa. PT Bio Proshafa Karya bermula dari produk hasil tugas akhir dan penelitian yang diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat umum. Perusahaan didirikan oleh Dr. M. Yusuf Abduh, Syaripudin, S.T., Sisca Dewi Ayudya, ST., dan Dosen SBM ITB Dr. Yuanita Handayati.
Produk yang terkenal dari startup ini adalah Bio-N Propolis dan Bio-N Oil. Dr. M. Yusuf Abduh adalah alumni Jurusan Rekayasa Hayati SITH ITB. Beliau menceritakan berbagai pengalaman dalam menjalankan perusahaan dengan menghantarkan pada tantangan yang dihadapi oleh PT Bio Proshafa.
Saat ini tantangan yang perlu dihadapi oleh PT Bio Proshafa adalah sertifikasi, pendanaan, dan pemasaran. Sertifikasi dari BPOM sangat dibutuhkan agar produk dapat dipasarkan. Pendanaan juga dibutuhkan agar dapat digunakan sebagai modal produksi dan modal penelitian. Beliau juga memaparkan proses untuk mendapatkan minyak esensial yang akan digunakan pada produk Bio-N Oil. Pemasaran sangat dibutuhkan agar produk dapat terjual dengan baik.
Dr. Wardono Niloperbowo adalah peneliti PAU Bioteknologi ITB, Peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dan dosen Kelompok Keilmuan Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika. Beliau lulus dari Universitas Padjajaran dan University of Queensland, Australia. Dr. Wardono Niloperbowo membagi cara untuk mengubah pola pikir peneliti yang akan mendirikan startup. Pola pikir ini sudah diimplementasikan dengan adanya Rekacipta Bioteknologi Indonesia (RBI).
Pertama adalah profesionalisme, RBI merupakan startup yang didirikan untuk alasan penelitian. Hal ini berarti saat bekerja harus bersikap profesional. Kedua adalah idealis yang dapat menghambat karena membuat seseorang ragu untuk melangkah. Overthinking harus dihindari karena dapat menghambat pengambilan keputusan. Idealis juga akan menyebabkan miopia, tidak menyadari apa yang diinginkan. Selain itu, inovasi juga tidak boleh salah diartikan dengan mengikuti idealisme saja. “Karena sempurna tidak mungkin tercapai,” ujarnya.
Agar idealisme dapat berkurang, maka perlu mengenal target pasar. Setelah mendapat target pasar, memulai bisnis dapat mengikuti alur yang nyata dengan inovasi yang akan membantu memperkuat bisnis. Contoh kasus yang disampaikan adalah Warunk Upnormal yang awalnya menyajikan makanan murah menjadi tempat kumpul bagi anak muda. Inovasi yang dilakukan adalah dengan membuat suasana yang nyaman dan fasilitas WiFi gratis.
Pengalaman-pengalaman tersebut dapat menjadi bekal untuk mahasiswa ITB saat menjadi entrepreneur di era industri 4.0. Selain itu, kolaborasi antardisiplin ilmu juga perlu ditingkatkan karena kolaborasi SITH ITB dan SBM ITB dapat melahirkan perusahaan startup dengan produk yang mampu bersaing dengan perusahaan besar.
Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)