Saturday Lesson x Studium Generale ITB: Peran Industri untuk Membangun Ekonomi Sirkular

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – ITB Career Center kembali menyelenggarakan agenda rutin Program Pendidikan untuk Pelatihan dengan nama Saturday Lesson untuk memasuki dunia kerja. Saturday Lesson x Studium Generale ini membawa tema “Role of Industry to Establish Circular Economy” dan dibawakan oleh dua narasumber ternama. Yaitu Senior Brand Manager & Sustainability Champion P&G Indonesia, Ariandes Veddytarro serta Aktor dan Co-Founder dari Octopus Indonesia, Hamish Daud.

Krisis Sampah Plastik

Salah satu penyebab utama dari krisis iklim adalah sampah plastik. Dari proses produksi hingga pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik menghasilkan banyak gas rumah kaca ke atmosfer. Diperburuk dengan adanya kerusakan lingkungan hingga limbah yang membuat sampah plastik menjadi musuh kita bersama.

Menurut data statistik pada 2020, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta ton atau terdapat 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia. Permasalahan ini bukan tanpa solusi, satu di antaranya adalah dengan meningkatkan kesadaran kita semua karena lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama.

“Indonesia sendiri kini dikenal sebagai salah satu negara kontributor sampah terbesar ketiga di dunia dan kedua pada laut dengan jutaan ton sampah setiap harinya. Tentunya hal ini membuat kerusakan untuk lingkungan hidup, biota, alam dan ekosistem dan juga akhirnya menjadi ancaman yang harus dihadapi dan diatasi oleh setiap pihak di Indonesia,” kata Ariandes dalam acara Saturday Lesson ITB, Sabtu (26/2/2022) lalu.

Ekonomi Sirkular

Salah satu tindakan yang paling penting untuk mengatasi permasalahan ini selain edukasi tentang membuang sampah pada tempatnya adalah melakukan edukasi terkait pengolahan sampah yang baik. “Salah satu pihak yang dapat memberi dampak besar untuk program ini adalah sektor industri. Maka dari itu, P&G ikut terjun untuk memberi sumbangsih besar,” pungkas Ariandes.

“Hal paling realistis untuk menyelesaikan permasalahan terkait sampah dengan optimal adalah melalui kolaborasi berbagai pihak dan sektor,” ujar Hamish.
Untuk itu, Octopus hadir sebagai startup yang berfokus pada pengelolaan sampah plastik. Salah satu langkah besar yang dilakukan Octopus Indonesia untuk merealisasikan lingkungan hidup yang bebas sampah dan sustainable adalah berkolaborasi dengan P&G Indonesia dengan nama proyek “Conscious Living”.

Conscious Living melibatkan pengepul atau bank sampah, pelestari, pusat pengumpulan dan pemilahan sampah, industri daur ulang, dan konsumen.
Berbagai usaha ini juga dilakukan untuk mewujudkan dan membangun ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.

“Octopus berusaha untuk turut membangun ekonomi sirkular dengan cara membuat dan memanfaatkan setiap tahap dalam pengumpulan dan pembuatan kemasan agar tidak ada material yang terbuang dan juga menghasilkan hasil yang optimal,” terang Hamish Daud.

Cara bergabung dengan gerakan Conscious Living ini sangat mudah tapi dapat menciptakan banyak manfaat. Salah satu cara berkontribusinya adalah mendaftar di aplikasi Octopus untuk menyumbangkan sampah plastik yang nantinya akan dipilah. Lalu, pihak pelestari langsung akan datang ke tempat pemberi untuk mengambilnya dan dikirim ke Octopus untuk ditimbang, dipilah, dan akan dikirimkan lagi ke tempat pendauran ulang. Bukan hanya itu, penyumbang sampah akan mendapatkan poin dan poin tersebut dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah.


Bukan hanya itu, gerakan ini juga menjadi sistem untuk membantu kehidupan para pemulung. “Hal pertama yang dilakukan adalah perubahan penyebutan nama pemulung menjadi pelestari. Selain itu, para pelestari akan dilatih dan diberi seragam. Hal ini akan membantu pelestari yang tadinya sulit untuk masuk ke beberapa kawasan seperti perumahan untuk mengambil sampah menjadi memiliki akses untuk hal tersebut. Tentunya, pelestari juga dapat semakin sejahtera dengan mendapatkan pendapatan yang lebih baik serta dapat diterima lebih baik di society,” tutur Hamish Daud.

Hingga saat ini, program Conscious Living dari P&G dan Octopus Indonesia telah memberikan sumbangsih konkret yang besar. “Sampai saat ini, sudah dilakukan pendauran ulang 15 Ton sampah. 13,5 Ton sampah HDPE diolah menjadi plastik yang bernilai serta 1,5 ton sampah saset menjadi sumber energi terbarukan sebesar 3000 kcal. Bahkan, program ini juga turut melibatkan 16700 pelestari,” ungkap Ariandes.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)