Sektor Unggulan dalam Menghadapi Era Industri 4.0

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



BANDUNG, itb.ac.id -- Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto mengatakan, ada empat sektor unggulan dari Indonesia yang mampu bersaing di dalam era industri 4.0. Keempat sektor tersebut ialah sektor industri, sektor makanan dan minuman, industri logam dan industri bahan kimia serta farmasi.

Hal itu disampaikan Menperin saat memberikan keynote speaker di acara seminar nasional Development 4.0: Meeting the Global Challenges di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No. 10 Bandung, Senin (29/4/2019). Tema yang diangkat Menperin ialah Implikasi Revolusi Industri 4.0 terhadap Daya Saing dan Distribusi Ekonomi di Indonesia. 

Dia mengatakan bahwa pemerintah telah menyusun program dalam rangka Making Indonesia 4.0. Ada 5 sektor yang menjadi fokus untuk ekspor kedepannya yaitu makanan dan minuman, tekstil busana, automatif, kimia dan elektronik. Kelima sektor itu akan menjadi kekuatan bagi ekonomi Indonesia kedepannya.

"Semoga seminar ini dapat bermanfaat bagi Indonesia untuk bisa mendorong beberapa isu dalam digitalisasi ekonomi sehingga mampu membawa ke next level pembangunan. Indonesia sendiri ditargetkan untuk masuk upper middle country, dan digital ekonomi sebagai salah satu programnya. ITB diharapkan menjadi tulang punggung dari digital ekonomi kita," tutur Airlangga.

Sementara itu, sebagai Keynote Speaker yang kedua, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara mengatakan mengenai Kebijakan Nasional terhadap Kebijakan Digital di Indonesia. Menurutnya, salah satu kebijakan yang telah dilakukan ialah mendekatkan konsumen kepada produsen melalui aplikasi limakilo.id. Melalui aplikasi tersebut, telah berhasil memutus rantai panjang jalur distribusi barang dari petani untuk sampai ke konsumen. 



Rudiantara mencontohkan, bahwa harga bawang di Jakarta biasanya berkisar di Rp 26.000 perkilogram, sementara para petani yang berada di Brebes menjual dengan harga Rp 6000 sampai Rp 8.000 saja. Dengan hadirnya aplikasi, petani bisa naik harga jualnya dan konsumen bisa turun harga belinya.

“Sekarang sedang didorong kerjasama para petani dengan Bumdes. Mengapa hal itu perlu, karena masalah standardisasi. Petani itu susah diajarkan standardisasi, bawang itu ukurannya harus seberapa sebagai standardnya. (Karena) petani sudah biasa bertani, memanen, lalu diserahkan ke pengepul, jadi meningkatkan income menjadi 50 persen itu tidaklah mudah," ujarnya.

Dia mengatakan, bahwa secara umum pemerintah dalam hal ini Kominfo tetap mengurusi regulasi yang dibutuhkan tapi konsepnya adalah less regulation, more facilitator, even more accellerator. "Dulunya ada 34-35 jenis izin di Kominfo, sekarang dipercepat menjadi 4-5 izin saja," ucapnya.

Selain menteri, dalam seminar tersebut juga menghadirkan Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur yang menyampaikan topik yang cukup menarik dalam sesi diskusi yaitu bagaimana pengembangan kawasan maritim berbasis industri 4.0. Menurutnya, kekuatan pada sektor maritim bisa dilihat dari sisi potensi wisata bahari, industri maritim, bioteknologi kelautan dan ocean energy. 

“Kunci sukses untuk menfaatkan potensi tersebut, ialah dengan membangun kawasan industri maritim, membangun kawasan pesisir menjadi sektor wisata, hadirkan pelabuhan, koneksi internet dan dihadirkan inkubasi industri," kata Emil.



Menurutnya daya saing Indonesia di industri berbasis sumber daya alam dan unskilled labor sangat menurun apalagi dibandingkan negara-negara lain. Daya saing Indonesia relatif meningkat di physical capital internsive, high capital internsive dan technological, namun masih harus digenjot kembali. Selain Emil Dardak, juga ada pembicara yang tak kalah menarik yaitu, Prof. Dr. Ig. Bambang Sugiharto sebagai yang mengupas dari sudut isu budaya dan manusia dalam era 4.0.

Acara yang diselenggarakan dalam rangka peringatan menuju 100 tahun Institut Teknologi Bandung (ITB) dan memperingati Dies Natalis ke-25 Program Magister Studi Pembangunan SAPPK-ITB, ini juga dihadiri dan sekaligus ditutup oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.