Seminar Berkala Geosphere Mei 2005

Oleh

Editor

Departemen Geofisika dan Meteorologi kembali mengadakan seminar Geosphere pada hari Senin, 16 Mei 2005, bertempat di lantai 2 Labtek IX Departemen Geofisika dan Meteorologi. Seminar kali ini mengundang dua pembicara wanita dari Departemen Matematika dan Departemen Geofisika dan Meteorologi. Dr. Andonowati, dengan judul seminar “On An Extreme Wave Generation : Theory and Experiments”, mengulas tentang karakteristik dari gelombang ekstrim. Dalam aplikasinya terkait dengan pembentukan gelombang permukaan dimana dapat diperhitungkan besarnya perubahan amplitud gelombang dan lokasi. Dalam memetakan permasalahan gelombang ekstrim tersebut, beliau menggunakan konsep Maximal Temporal Amplitude (MTA). Dengan konsep ini dapat diperkirakan setiap “downstream position” dari amplitudo maksimal. Dalam kasus ekstrim tersebut kurva yang dihasilkan dari perhitungan MTA, secara akurat dapat menunjukkan besarnya perubahan dan memberikan informasi faktor pembanding terhadap sinyal original. Paparan yang disampaikan berupa teori dan hasil eksperimen ini diharapkan dapat membantu dalam memprediksi perilaku periodik gelombang ekstrim. Dalam sesi selanjutnya, Dr. Susanna Nurdjaman dari Departemen Geofisika dan Meteorologi membahas tentang kondisi tropis di dua wilayah pantai Indonesia, Teluk Jakarta dan Teluk Banten. Dengan judul Seminar “Modelling of Marine Ecosystem”, beliau menggambarkan kondisi minimal tropis di kedua teluk tersebut dari data-data yang diambil di lokasi dalam 2 musim berbeda. Dengan pengolahan metode numerik tertentu dan beberapa parameter penilaian, beliau dapat menyimpulkan kondisi minimal tropis di teluk jakarta sudah mencapai tahap menengah (mesotrophic). Pengaruh curah hujan dan limbah organik yang terimbas dari sungai-sungai jakarta mempurburuk kondisi ini. Secara visual kondisi laut di teluk Jakarta sudah berubah menjadi warna kehitaman akibat tingginya konsentrasi chlorophyll-a. Produksi primer di teluk jakarta mencapai 416-830 mgC/hari per meter kuadrat. Kondisi berbeda dengan teluk banten yang memiliki produksi primer 84-122 mgC/hari per meter kuadrat. Ditambah karakteristik hujan yang tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan chlorophyl-a di area tersebut. Teluk Banten digolongkan dalam kondisi oligotrophic. Menjawab pertanyaan peserta seminar tentang ruang sampel data dan pengolahan numerical yang dilakukan, Dr. Susanna mengakui penelitian ini hanya untuk menggambarkan kondisi minimal kedua area tersebut. Memang sangat diharapkan kedepannya dapat dilakukan penelitian lebih spesifik dengan ruang sampel yang lebih meyakinkan dan memperhitungkan kondisi dinamik seperti arus bawah laut, arus permukaan, perubahan cuaca dan sebagainya. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi sekaligus prediksi kondisi kritis di lokasi-lokasi tersebut. Seminar berkala yang digelar Departemen Geofisika dan Meteorologi ini, merupakan kegiaan rutin bulanan sebagai tempat pertemuan dan menukar informasi antara sesama akademisi, ilmuwan dan peneliti geosphere. Dengan demikian, tantangan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dapat terjawab di forum ini.