Seminar Energi dan Expo GOLIATH: Menghidupkan Kembali Geothermal Indonesia

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai energi ramah lingkungan, energi panas bumi (geothermal energy) diharapkan dapat memenuhi kekurangan pasokan listrik di Indonesia. Meski memiliki potensi sangat besar, pemanfaatan energi tersebut baru 4% dari total potensi yang ada. Apa masalah dan mengapa hal tersebut terjadi dibahas dalam Seminar Energi dan Expo yang merupakan rangkaian acara Geology and Energy Innovation for Better Earth (GOLIATH).
Seminar Energi dan Expo menutup rangkaian acara Goliath (Geology and Energy Innovation for Better Earth) yang dimulai sejak Senin (01/03/10). Seminar yang diadakan pada Kamis (04/03/10), membahas mengenai energi panas bumi (geothermal) dan Gas Metana Batubara/GMB (Coal Bed Methane). Berbagai fakta menarik dipaparkan, seperti potensi panas bumi dan GMB Indonesia yang besar namun belum tergarap secara optimal, target-target pemerintah dalam pengembangan, dan sebagainya. Para pembicara yang kompeten dibidangnya dihadirkan, antara lain Prof. Dr. Ir. Doddy Abdassah, Dr. Ir Nenny Miryani, Dr. R. Sukhyar, dan Dr. Imam B. Sosrowidjojo.

Energi panas bumi (geothemal energy) merupakan energi yang dihasilkan dari turbin yang digerakkan oleh uap air dari reservoir hidrotermal. Sebagai energi yang ramah lingkungan, energi panas bumi diharapkan dapat memenuhi kekurangan pasokan listrik di Indonesia. Indonesia memiliki potensi sangat besar karena dilalui jalur pegunungan api (Ring of fire) Pasifik yang memiliki potensi 40% panas bumi dunia. Namun, hingga saat ini pemanfaatannya masih 4% dari total potensi yang ada, yaitu sekitar 1189 MW.

Sebenarnya, pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia memiliki beberapa proyek besar pengembangan pembangkit panas bumi (geothermal plant). Namun, krisis ekonomi di tahun 1997 yang mengakibatkan harga listrik melonjak tajam, berimbas pada kerugian cukup besar yang akan diderita PLN apabila membeli listrik dari hasil geothermal. Maka, semua proyek pengembangan geothermal terpaksa dihentikan dan ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.

Setelah kondisi politik dan ekonomi stabil, pada tahun 2005, pemerintah berhasil menyelesaikan semua persoalan yang menghambat proyek geothermal. Pemerintah juga mulai menghidupkan kembali rencana serta target strategis geothermal Indonesia.

Untuk tahun 2015, pemerintah menargetkan produksi listrik dari panas bumi lima kali lipat lebih besar; menjadi 5785 MW. Dan hingga tahun 2025, Indonesia menargetkan produksi listrik sebesar 9500 MW. Target yang ditetapkan pemerintah ini akan mengakibatkan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar. Dr. Ir Nenny Miryani menyatakan, "Lulusan-lulusan ITB nantinya diharapkan mampu menjadi lulusan yang unggul dan kompeten sehingga dapat memajukan sektor panas bumi Indonesia."

[Lamdamatra Arliyando]