Digitalisasi pada Industri Migas: Pentingkah?
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id— Era transformasi digital adalah salah satu pembicaraan yang kerap digaungkan pada abad ini, terutama karena efeknya yang besar terhadap efisiensi pada berbagai industri. Pada sabtu (6/2/2021) HMTM “PATRA” ITB, SPE ITB SC, dan IATMI SM ITB menggelar Integrated Petroleum Guest Lecture (IPGL), webinar dalam rangkaian acara Integrated Petroleum Festival bertajuk “Digital Transformation for Intensifying Smart Oilfields” yang diisi oleh dua pembicara: Eko Apolianto dan Yunus Alamsyah.
BP Experience: Digital Transformation And Big Data Analytic To Deal With The Future
Pembicara pertama yang membawakan presentasi mengenai transformasi digital adalah Eko Apolianto, area manager di BP. Ia menuturkan bahwa ketika bekerja pada bidang yang berhubungan dengan banyak transmiter dan merekam data-data yang tersedia secara real-time, diperlukan kemampuan mengelola yang baik karena diharuskan untuk memantau data-data tersebut.
Menurut Eko Apolianto, data yang saat ini dikelola per harinya dapat disebut sebagai big data karena ukurannya yang sangat besar dan bervariasi; data mentah, data seismik, data geospasial, data dari analisis laboraturium, laporan produksi harian, data pengeboran, serta visualisasi. “Apa yang sekarang tengah dikerjakan adalah untuk memangkas birokrasi dengan tujuan agar dapat membuat keputusan dalam waktu yang singkat ketika menemukan permasalahan-permasalahan on-site.”
Tiga poin menuju modernisasi dan transformasi yang dibawakan oleh Eko pada seminar kali ini adalah agility, digital, dan mindset. Agility sendiri adalah bagaimana cara mesin mengubah cara manusia bekerja, sedangkan digital adalah cara untuk mengubah cara manusia menyampaikan sesuatu, dan mindset adalah bagaimana mesin meniru cara manusia berpikir. Untuk penutup, Eko Apolianto mempertegas pentingnya transformasi digital. “Basically what we’re trying to do with transformation is we’d like to collaborate, increase efficiency, to be smarter, and to reduce complexity.”
Introduction to Oil Field Digitalization
Sementara itu, Yunus Alamsyah, manager of well realibility and optimization Chevron Pacific Indonesia (CPI) membawakan paparan bertajuk “Digital Future of Oil and Gas and Energy”. Hal ini didasarkan oleh keadaan harga minyak yang memburuk namun disertai dengan dunia digital yang semakin merambah. Dari situlah banyak perusahaan, dalam hal ini perusahaan minyak dan gas (migas) melakukan simplifikasi serta efisiensi pada industrinya untuk bertahan.
Dipaparkan oleh Yunus Alamsyah, ada tiga alasan mengapa perusahaan minyak harus melakukan digitalisasi; potensi keuntungan yang sangat jelas, menawarkan ketahanan industri terhadap harga yang sangat sulit untuk diprediksi, serta meningkatkan manajemen reservoir.
Kiat-kiat untuk bertransformasi sendiri, menurut Yusuf, dapat dimulai dengan mengidentifikasi letak masalah yang ingin diatasi. Hal penting lainnya adalah pastikan bahwa stakeholder di sekitar sudah siap untuk menerima perubahan. Tidak usah berpikir dari yang sulit-sulit, mulai saja dengan hal-hal yang simpel karena transformasi adalah sebuah gradual movement—perubahan bertahap. Dan yang penting adalah meluaskan wawasan terhadap literasi digital.
“Tidak perlu pesimis kehilangan pekerjaan akibat digitalisasi, karena manusia akan menyesuaikan ke hal-hal yang tidak dapat dikerjakan oleh mesin. Yang terpenting untuk diingat adalah kesempatan itu selalu ada. Digital may cut a portion of jobs, but also may create additional jobs,” tutupnya.
Reporter: Athira Syifa (Teknologi Pascapanen, 2019)