Seminar Energi Pekan Fisika: Peran Fisika dalam Kemandirian Energi Indonesia
Oleh alitdewanto
Editor alitdewanto
BANDUNG, itb.ac.id - Rangkaian acara Pekan Fisika yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) ITB, berpuncak pada Seminar Energi yang diselenggarakan pada Sabtu (1/11) bertempat di Aula Barat ITB. Seminar ini terbagai dalam dua sesi. Sesi awal membahas mengenai topik "Masalah dan Tantangan Kemandirian Energi di Indonesia", selanjutmya diikuti dengan "Fisika dalam Sumber Energi Alternatif".
Dialog sesi pertama dibahas oleh tiga pembicara dari tiga sudut pandang yang berbeda: Iwan Hignasto dari Energy Watch Group; Triharyo Indrawan Soesilo sebagai Presiden Direktur PT Rekayasa Industri; dan Shana Fatina Sukarsono yang sekarang menjabat sebagai Preside KM ITB. Pemaparan ketiga narasumber ini lebih mengekspos masalah penggunaan beberapa sumber energi yang dinilai berprospek demi terwujudnya kemandirian energi di Indonesia, yang selama ini masih bisa dianggap langka di beberapa pelosok nusantara. Komparasi juga dilakukan kepada industri migas sendiri, sebagai pemasok energi terbesar. Geotermal, yang dinilai paling bersih, seyogyanya harus dimaksimalkan penggunaanya, menggantikan energi batu bara yang memiliki emisi karbon yang sangat tinggi. Akan tetapi, belum adanya infrastruktur yang menunjang dan fungsi yang terbatas pada beberapa item saja menjadi salah satu kendala penggunaan energi ini. Lebih lanjut, setiap daerah di Indonesia seharusnya bisa mengetahui potensi masing-masing agar dapat dikembangkan secara tepat.
" Misal daerah Sumatera Selatan yang ternyata cocok untuk untuk pengembangan geotermal, ya seharusnya pakai saja untuk kebutuhan energinya sendiri. Sehingga tidak harus mengekor trend nasional atau sejenisnya," ujar salah seorang pembicara.
Pada sesi kedua, dihadirkan tiga pembicara dari kompetensi bidang peneliti dan dosen fisika sendiri. Mereka adalah Toto Winata, bidang keahlian sel surya; Zaki Su'ud, dari bidang keahlian nuklir; dan Bagus Endar B.Nurhandoko, bidang keahlian fisika bumi. Secara lebih lanjut, Bagus memaparkan presentasinya mengenai energy-diversity Indonesia sebagai potensi pengembangan tekno-energi berskala dunia dan penopang ketahanan energi nasional.
"Energy-diversity Indonesia adalah aset besar untuk pengembangan teknologi maupun pendidikan energi berskala dunia. Pemanfaatannya menjanjikan prospek cerah untuk menciptakan ketahanan energi nasional yang lebih tahan gangguan."ujar Bagus. Ditambahkan juga bahwa Indonesia dianugerahi berbagai macam keberagaman jenis energi seperti geotermal, matahari tropis, dan angin. Walaupun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi seperti banyak pihak teknokrat yang tidak mengetahui keuntungan dari energy-diversity, nilai ekonomis yang masih diragukan, cost eksploitasi yang diambil oleh teknologi impor, ketidakkontinuan energi seperti angin dan matahari, dilema antara mendahulukan pangan atau energi, serta beberapa isu lingkungan dan politis yang kurang menunjang.
Rangkaian seminar ini diselenggarakan agar para mahasiswa dan kalangan akademis lainnya mendapat paradigma yang baru mengenai permasalahan energi di Indonesia, tidak melulu menggantungkan kepada satu atau dua sektor saja tetapi menggali sektor lain yang bisa digunakan.
" Misal daerah Sumatera Selatan yang ternyata cocok untuk untuk pengembangan geotermal, ya seharusnya pakai saja untuk kebutuhan energinya sendiri. Sehingga tidak harus mengekor trend nasional atau sejenisnya," ujar salah seorang pembicara.
Pada sesi kedua, dihadirkan tiga pembicara dari kompetensi bidang peneliti dan dosen fisika sendiri. Mereka adalah Toto Winata, bidang keahlian sel surya; Zaki Su'ud, dari bidang keahlian nuklir; dan Bagus Endar B.Nurhandoko, bidang keahlian fisika bumi. Secara lebih lanjut, Bagus memaparkan presentasinya mengenai energy-diversity Indonesia sebagai potensi pengembangan tekno-energi berskala dunia dan penopang ketahanan energi nasional.
"Energy-diversity Indonesia adalah aset besar untuk pengembangan teknologi maupun pendidikan energi berskala dunia. Pemanfaatannya menjanjikan prospek cerah untuk menciptakan ketahanan energi nasional yang lebih tahan gangguan."ujar Bagus. Ditambahkan juga bahwa Indonesia dianugerahi berbagai macam keberagaman jenis energi seperti geotermal, matahari tropis, dan angin. Walaupun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi seperti banyak pihak teknokrat yang tidak mengetahui keuntungan dari energy-diversity, nilai ekonomis yang masih diragukan, cost eksploitasi yang diambil oleh teknologi impor, ketidakkontinuan energi seperti angin dan matahari, dilema antara mendahulukan pangan atau energi, serta beberapa isu lingkungan dan politis yang kurang menunjang.
Rangkaian seminar ini diselenggarakan agar para mahasiswa dan kalangan akademis lainnya mendapat paradigma yang baru mengenai permasalahan energi di Indonesia, tidak melulu menggantungkan kepada satu atau dua sektor saja tetapi menggali sektor lain yang bisa digunakan.