Silahturahmi Akbar Idul Fitri 1428 H Keluarga Besar ITB

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Baru saja silahturahmi keluarga besar ITB dalam rangka merayakan Idul Fitri 1428 H, usai pagi ini (22/9). Silahturahmi yang rutin diadakan tiap tahunnya di Aula Barat ITB ini kali ini menghadirkan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati(UIN SGD) Bandung, Prof. Dr. Nanat Fatah Nasir, MS., sebagai pemberi tausyiah. Kali ini tausyiah yang ia bawakan bertema "Hikmah Silahturahmi dalam Menjalin Kebersamaan", disampaikannya selepas sambutan dari Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc. Di awal tausyiah santainya, Nanat menyinggung tentang peringkat Universiti Sains Malaysia (USM) sebagai universitas kelas dunia dengan posisi yang cukup bagus walaupun ia terhitung masih muda usianya, didirikan di tahun 1968. Sebagai perguruan tinggi kelas dunia, USM menduduki peringkat 111 dari 500 perguruan tinggi kelas dunia pada tahun 2004. Kegiatan kemahasiswaan USM sendiri mendapatkan peringkat ke-4 di dunia. USM menjadi tali penyambung silahturahmi Nanat dengan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc., ketika mereka berdua bersama rektor-rektor perguruan tinggi di Indonesia lainnya melakukan kunjungan ke USM beberapa tahun yang lalu. Sepanjang tausyiahnya, Nanat juga terus-menerus mengingatkan Rektor ITB untuk juga berkunjung ke UIN SGD untuk bersilahturahmi, yang mengundang tawa para undangan. Di akhir tausyiahnya sendiri, Nanat mengungkapkan harapannya agar ITB dapat berperan sebagai mediator rekonsiliasi para pemimpin bangsa Indonesia. Silahturahmi, seperti yang Nanat katakan, adalah kunci dari kebahagiaan sejati. "Dengan silahturahmi orang menjadi awet muda, banyak rejeki," ucapnya. Tentunya silahturahmi berkaitan erat dengan maaf-memaafkan, maka Nanat pun menguraikan beberapa tingkatan memaafkan. Orang yang memaafkan, yang disebut dengan al-mukhsinin, memberi maaf dalam beberapa tingkatan. Al-Afin, atau maaf dengan menghapus kesalahan seseorang dari dalam hati, disebut Nanat lebih rendah tingkatannya daripada Al-Mushafahah, yakni memaafkan dengan lapang dada. "Sebab jika kita memaafkan dengan Al-Afin, seumpama menghapus tulisan pensil dengan penghapus, akan masih melekatkan bekas yang dapat menimbulkan dendam."