Simposium Internasional Kefarmasian Tentang Molecular Pathogenesis

Oleh kristiono

Editor kristiono

Bandung, itb.ac.id - Sekolah Farmasi ITB bekerjasama dengan Koninklijke Nederlandse Akademie Van Wetenschappen (KNAW) Belanda menyelenggarakan First International Symposium on Molecular Pathogenesis, bertempat di Aula Timur dan Educatorium Farmasi pada 15-19 Januari 2008. Symposium selama empat hari tersebut merupakan ajang berbagi ilmu dan informasi bagi para praktisi, akademisi dan peneliti di bidang molecular pathogenese dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Molecular Pathogenese adalah metode diagnosa penyakit dengan melihatnya dari sisi molekul. Metode ini diaplikasikan secara luas pada bidang bioteknologi vaksin yang bermanfaat untuk menginduksi antibodi, yakni protein yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan serangan penyakit akibat virus maupun bakteri. Sedangkan Polymerase Chain Reaction atau PCR merupakan suatu alat untuk menggandakan DNA. DNA adalah bagian sel yang berada di inti dan berguna untuk membuat enzim protein tertentu. Menurut Farmaseutik Tri Suciati, PhD, dalam tiga tahun ini, PCR sudah lebih maju digunakan dalam pengobatan penyakit seperti remuk tulang, patah tulang, spinal fusion akibat osteoporosis, namun demikian alat ini juga dapat dipakai untuk menyembuhkan luka bakar pada kulit. Metode pengobatan yang relatif baru di Indonesia ini memanfaatkan biomaterial polimer berupa kolagen, alginal maupun polylactic acid (PLA). “PLA merupakan jenis polimer yang paling banyak digunakan”, ujar Suci. Simposium internasional yang digagas oleh Farmaseutik dari Kelompok Keahlian Farmasetika ITB Debbie Sofie Retnoningrum, PhD ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai institusi terkait kesehatan seperti RSHS, Fakultas Kedokteran Unibraw, Unhas, Unpad, Kalbe Farma, Biofarma, BPOM dan individu-individu yang tertarik dalam bidang bioteknologi.