Siswa SMA Adu Ide Inovatif di Grand Final Kompetisi RBL EUREKA!

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

BANDUNG, itb.ac.id - Penelitian adalah salah satu tridharma perguruan tinggi yang kurang dilirik oleh sebagian kaum remaja dewasa ini. Padahal, penelitian dapat berawal dari masalah-masalah sederhana yang membutuhkan solusi. Research Based Learning (RBL) adalah salah satu metode pembelajaran yang unik dimana pembelajaran dilakukan melalui penelitian. RBL memungkinkan para peserta didik untuk berkreasi seraya mendalami konsep Fisika yang dipelajari, seperti konsep mekanika. Metode yang sederhana namun menarik inilah yang diperkenalkan dan dipertandingkan dalam EUREKA!, sebuah kompetisi RBL bagi pelajar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) ITB. Pada Sabtu (16/01/16), Himafi ITB melangsungkan Grand Final EUREKA! yang terdiri atas seminar, presentasi dan demo sepuluh besar finalis kompetisi RBL EUREKA!, presentasi karya mahasiswa Fisika ITB: "Alat Kontrol Kelembapan Kumbung Jamur", dan pengumuman pemenang kompetisi RBL EUREKA!. Grand Final ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa Fisika ITB serta para peserta EUREKA!.        

Solusi Inovatif dari Masalah Riil
Kesepuluh tim peserta kompetisi menghadirkan karya berupa alat yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari atau polemik yang sedang diperbincangkan. Contohnya, tim Heat Vision dari SMA Negeri 1 Jember yang berangkat dari kegelisahan akan daya telepon seluler (ponsel) saat bepergian. Karya mereka memanfaatkan panas dari mesin sepeda motor dan aplikasi efek Seebeck, dimana ada perbedaan temperatur antara dua sambungan, maka terdapat tegangan listrik. Tegangan listrik tersebut kemudian digunakan untuk mengisi daya ponsel. Pemanfaatan energi emisi juga dilakukan oleh tim Volta Adinira. Tim ini membuat RBL yang menghasilkan energi listrik dari energi mekanik. Energi mekanik yang digunakan adalah energi dari gerakan kaki pengguna saat berjalan atau berlari. Selanjutnya, energi listrik disimpan dalam power bank untuk digunakan lebih lanjut.


"Ide riset berasal dari masalah yang nyata di kehidupan, lalu kita pecahkan. Bukan dari masalah yang dibuat-buat sendiri," ujar Dr. rer. nat. Sparisoma Viridi, M.Si. dalam seminar yang termasuk dalam rangkaian acara di Aula Barat ITB ini. Doktor sekaligus pengajar Fisika di ITB tersebut memberikan materi berjudul "Riset Fisika yang Berangkat dari Kegiatan yang Sederhana". Beliau memaparkan contoh ide-ide orisinil yang direalisasikan menjadi inovasi yang diakui dunia akademik internasional, yaitu visualisasi medan-medan listrik, chalk holder, dan efek Leidenfrost. Selain Sparisoma, ada Drs. Hariyadi, M.T. dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI dengan seminar yang berjudul "Riset Indonesia dan Solusi Mengenai Isu-Isu Terkini" dan Dr. Fourier Dzar Eljabbar Latief dari KK Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fisika ITB yang membawakan tema "Peran Siswa atau Mahasiswa dalam Perkembangan IPTEK".